Connect with us

OASE

Haji Wada: Khutbah Perpisahan yang Menggema Sepanjang Zaman

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Foto: Ist

AKTUALITAS.IDPada akhir tahun ke-10 Hijriyah, langit Arafah menjadi saksi sejarah monumental. Rasulullah Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji pertamanya yang sekaligus menjadi yang terakhir. Ibadah ini dikenal sebagai Haji Wada, haji perpisahan. Sebuah momen suci yang bukan hanya menandai berakhirnya perjalanan hidup seorang Nabi, tetapi juga penutup turunnya wahyu Ilahi kepada umat manusia.

Kata wada berarti “perpisahan.” Dan memang, haji ini menjadi panggung terakhir Nabi untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada umatnya, sebelum tiga bulan kemudian beliau wafat.

Rasulullah berangkat dari Madinah bersama istri-istrinya dan rombongan besar yang diperkirakan mencapai 90.000 hingga 114.000 jamaah. Mereka bergerak dengan semangat dan kerinduan untuk bertemu di Tanah Suci. Di Dzul Hulaifa, Nabi mengenakan pakaian ihram dan memulai perjalanan spiritual menuju Baitullah.

Sesampainya di Makkah, beliau melaksanakan thawaf, sa’i antara Shafa dan Marwah, dan melanjutkan perjalanan menuju Mina dan Arafah. Di sanalah, di padang luas nan sunyi itu, Rasulullah menyampaikan khutbahnya yang abadi. Sebuah pesan luhur yang menegaskan keadilan, persaudaraan, kesucian jiwa dan harta, serta peringatan akan kembali kepada jahiliyah dan fitnah syaitan.

“Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah suci, sebagaimana sucinya hari ini, bulan ini, dan negeri ini… Aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka: Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya. Barang siapa berpegang teguh padanya, niscaya tidak akan tersesat.”

Nabi menegaskan riba telah dihapus, perempuan adalah amanah, dan setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Pesan ini disampaikan bukan dalam retorika kosong, tapi dalam nada penghabisan seorang utusan Tuhan kepada umat yang dicintainya.

Setelah itu, Nabi kembali ke Mina, melempar jumrah, dan kembali ke Makkah untuk melaksanakan thawaf wada thawaf perpisahan. Dari sanalah beliau kembali ke Madinah, meninggalkan umat dengan air mata dan kenangan akan pesan terakhirnya.

Tiga bulan setelah itu, Nabi Muhammad SAW wafat. Namun khutbah Haji Wada terus hidup—menjadi pedoman akhlak, persatuan, dan keteguhan iman bagi setiap generasi. (Mun)

TRENDING