Connect with us

RAGAM

Jejak Pemuda Prapatan-10, Menteng 31, dan Cikini 71: Motor Percepatan Proklamasi 17 Agustus 1945

Aktualitas.id -

Para Pemuda Menteng 31 sedang bersiap menghadapi gelombang revolusi.(Buku Kotapradja Djakarta Raya)

AKTUALITAS.ID – Di tengah hiruk pikuk menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, kisah para mahasiswa dan pemuda pejuang masa lalu sering terlupakan. Padahal, sekitar tahun 1945, komunitas mahasiswa dari berbagai asrama dan latar belakang memainkan peran penting dalam membuka jalan menuju Indonesia Merdeka.

Salah satu yang menonjol adalah komunitas Mahasiswa Prapatan-10 di Menteng 31 dan Cikini 71. Mereka adalah generasi muda yang hidup di era digital dan smartphone, namun di masa lalu, mereka adalah pejuang yang berjuang tanpa pamrih. Mereka mengusung ideologi “Reine Jurgend Ideologie,” cita-cita Pemuda Murni, yang menekankan persatuan, keadilan, dan anti-kekejaman—semangat yang paralel dengan Sumpah Pemuda 1928.

Para mahasiswa ini, sebagian besar dari Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) dan Sekolah Perobatan (Yaku Gaku), menjalani masa penggemblengan di asrama yang dekat dengan Senen dan Cikini. Di sana, mereka mendapatkan latihan politik, militer, dan agama, yang kemudian membentuk karakter mereka sebagai pejuang bangsa.

Berkat pendidikan dan latihan tersebut, mereka mampu bergabung dalam pasukan PETA, mengorganisasi perlawanan, dan melakukan gerakan bawah tanah melawan kekejaman Jepang. Bahkan, mereka turut serta dalam penyusunan langkah strategis seperti pembentukan aparat negara dan pengiriman pemuda ke seluruh penjuru tanah air.

Peran mereka tak berhenti di situ. Beberapa tokoh terkenal seperti Eri Sudewo—yang kemudian menjadi Rektor Universitas Airlangga dan Duta Besar RI—dan Sujatmoko—dosen, diplomat, dan Rektor Universitas PBB di Tokyo—adalah hasil dari penggemblengan dan semangat juang masa lalu.

Tak hanya itu, komunitas Prapatan-10 juga aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan. Mereka melakukan rapat-rapat strategis, menekan Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan setelah Jepang menyerah pada Sekutu. Mereka juga mengorganisasi berbagai aksi, seperti slogan-slogan di jalanan, pengambil-alihan gedung penting, dan pembentukan organisasi pemuda.

Selain Prapatan-10, komunitas Menteng 31 dan Cikini 71 juga turut berkontribusi besar. Mereka membentuk jaringan bawah tanah dan memprakarsai gerakan-gerakan yang mempercepat proses kemerdekaan Indonesia. Bahkan, mereka yang awalnya dibentuk oleh Jepang sebagai alat propaganda, akhirnya berbalik menjadi pendorong utama perjuangan nasional.

Sejarah membuktikan bahwa tanpa perjuangan dan pengorbanan para mahasiswa ini, mungkin proklamasi 17 Agustus 1945 tidak akan secepat dan seberani seperti yang kita kenal sekarang. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang tersembunyi dalam kisah panjang perjuangan bangsa.

Kini, saat kita merayakan kemerdekaan Indonesia, mari kita ingat dan hargai jasa para pemuda dan mahasiswa yang telah membuka jalan dengan keberanian dan tekad mereka. (Mun)

TRENDING