“Pulang Kampung Nih…”


Ilustrasi Pulang kampung.

Dulu, sepuluh tahun yang lalu, kira-kira pada November 2010, Barack Obama, presiden ke-44 Amerika menyambangi Indonesia. Saat bicara di Balairung UI, Obama membuka pidatonya dengan kalimat yang menggelitik, “Pulang kampung, nih”.

Saat itu sama sekali tak ada yang ribut dan menyalahkan Obama bahwa seharusnya dia bilang mudik, bukan pulang kampung karena waktu itu dia masih ‘kerja’ sebagai presiden, bukan pengangguran yang nggak punya kerjaan, lontang lantung, dan tak jelas hidupnya di kota.

Tapi untunglah, itu kejadian sudah lama sekali. Coba kalau itu diucapkan dalam kondisi seperti sekarang ini. Wah…, bisa runyam dan ‘end’ itu hubungan antara Obama dan Jokowi, meskipun misalnya keduanya sedang duduk semeja sambil menikmati bakso dan sate, nostalgia kuliner si Barack.

Dan sekarang, sekira semingguan yang lalu, saat ditanya tentang gelombang mudik akibat wabah corona, presiden mengeluarkan statemen yang ‘berhasil’ menuai kehebohan publik. Kala itu Jokowi mengatakan bahwa istilah mudik itu beda dengan pulang kampung.

Baca Juga: Halo Pak Menkes, Sungguh Kami Rindu…

Sontak pernyataan presiden itu memicu perdebatan yang cukup riuh, apalagi di medsos. Seru sekali ‘eyel-eyelan’ yang terjadi. Mungkin ahli linguistik dipaksa mengerutkan kening memahami perdebatan seru para ‘ahlinya ahli’ itu.

Ada yang menganggap tidak ada bedanya, tapi tak sedikit pula yang bersetuju dengan pendapat presiden. Tapi, ada juga yang tak mau ambil pusing dengan perdebatan itu, dan berucap, suka-suka kalianlah…, yang penting kalian semua bahagia karena dapat hiburan segar di tengah pandemi yang mencekam ini.

Gara-gara istilah itu juga, mendadak laman KBBI dibanjiri pengunjung yang kepo apa sebenarnya beda atau kesamaan kedua jargon tersebut? Pengen tahu? Ya, silakan baca sendiri dan nanti simpulkan sendiri juga. Adil,kan?

Yang mungkin bingung dengan perbedaan persepsi ‘mudik dan pulang kampung’ ini adalah petugas di lapangan. Bayangkan jika orang-orang yang sudah telanjur menyandang ‘kerinduan tak tertahankan’ itu tetap memaksa pulang ke kampungnya padahal sudah ada larangan. Saat dicegat petugas, dia akan bilang, ‘saya pulang kampung, bukan mudik.”

Baca Juga: Indonesia Dikepung Virus, Jangan Egois, Bro!

Gimana coba? Kalau merujuk definisi presiden, boleh dong dia pulang karena dia sudah nggak punya kerjaan di kota sementara keluarganya ada di desa. Mmm…, ehh, tapi ya nggak gitu juga, Tong! Nggak peduli mau mudik atau pulang kampung, semuanya dilarang. Sekali lagi DILARANG! Ingat,udah pakai huruf besar nih.

Makanya biar tidak jadi perdebatan yang buang-buang waktu, pemerintah membuat aturan yang tegas, yaitu melarang masyarakat mudik atau pulang kampung. Alasannya sangat jelas, agar wabah corona tak makin parah dan meluas. Titik. Tak ada lagi debat kusir itu.

Masih mau ngeyel dan nekat pulang juga? Ya nggak masalah, asal berani tinggal di rumah angker dan berhantu seperti yang dilakukan di Sragen, Jateng, yang ternyata berhasil membuat pelanggarnya jerih dan ketakutan. Ehh, ngomong-ngomong, setannya kebal virus apa ya? Penasaran ini.

Tapi jangan terlalu sedih kawan, meski tak dipungkiri banyak lini kehidupan yang ‘klenger’ dihajar virus corona, hidup harus terus berjalan.
Yakinlah jika nanti ujian ini sudah selesai dan kita semua masih diberi umur, semua bisa mudik, semua bisa pulang kampung dan lesehan sembari makan sate atau bakso seperti Obama.

Tiba-tiba saya teringat WA seorang teman, dia bilang begini: yakinlah, kita pasti bisa melewati ujian ini karena kita kuat, tahan lama, dan serbaguna. [Samsu/Red]

One thought on ““Pulang Kampung Nih…””

Comments are closed.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>