Berita
Beda dengan Krisis 1998-2008, Chatib Basri: Efek Corona Dinilai Lebih Dahsyat
AKTUALITAS.ID – Guncangan ekonomi yang ditimbulkan pandemi wabah COVID-19 jauh lebih dahsyat dari krisis ekonomi yang terjadi di 1998 dan 2008. Jika tidak diantisipasi maka dampaknya akan lebih suram dari krisis-krisis sebelumnya. Menteri Keuangan 2013-2014, Chatib Basri menerangkan, hal yang paling berbeda kondisi saat ini dengan krisis 1998 dan 2008 adalah aktivitas ekonomi dan pengangguran […]
AKTUALITAS.ID – Guncangan ekonomi yang ditimbulkan pandemi wabah COVID-19 jauh lebih dahsyat dari krisis ekonomi yang terjadi di 1998 dan 2008. Jika tidak diantisipasi maka dampaknya akan lebih suram dari krisis-krisis sebelumnya.
Menteri Keuangan 2013-2014, Chatib Basri menerangkan, hal yang paling berbeda kondisi saat ini dengan krisis 1998 dan 2008 adalah aktivitas ekonomi dan pengangguran tercipta karena didorong oleh pemerintah, bukan timbul sebagai akibat. Seluruh aktivitas dihentikan, orang diharuskan bekerja dari rumah, tujuannya untuk mencegah penyebaran COVID-19.
“Ini berbeda dengan 1998-2008. Karena sekarang ini orang tinggal di rumah kehilangan pekerjaan karena diminta oleh pemerintah. Aktivitas bisnis berjalan tapi orang diminta tinggal di rumah untuk mengatasi pandemi,” ujarnya dalam acara Kemenkeu Corpu Talk yang dilangsungkan secara virtual, Senin (20/7/2020).
Oleh karena itu, Chatib menilai seharusnya masyarakat yang diminta untuk tinggal di rumah dan kehilangan pendapatannya dibayar oleh pemerintah. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga dinilai menghantam paling besar masyarakat menengah.
“Jadi ini ada persoalan, saya harus mengatakan bahwa yang namanya PSBB itu bias kepada menengah ke atas jika perlindungan sosialnya tidak cukup,” tambahnya.
Masyarakat menengah dinilai juga sangat berdampak dari penerapan PSBB. Para pelaku UMKM kehilangan pendapatannya, belum lagi adanya badai PHK.
Oleh karena itu Chatib menilai dalam penerapan perlindungan sosial yang dilakukan pemerintah belum efektif. Seharusnya bantuan sosial tidak hanya diberikan untuk kelompok miskin, tapi juga masyarakat menengah.
“Dalam social protection, sebetulnya tidak hanya diberikan kepada kelompok miskin, tapi extend kepada lower middle income. Karena kita minta mereka tinggal di rumah, ini adalah konsekuensi logis. Kalau di 1998-2008 dia kehilangan pekerjaan dia jadi miskin,” terangnya.
Sementara Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu juga mengakui bahwa kondisi saat ini jauh lebih berat dibandingkan dengan krisis-krisis ekonomi sebelumnya yang pernah menimpa Indonesia.
“Kita tahu sedang terjadi ini cukup. Kita tahu musuhnya tapi kita tidak bisa melihatnya. Pengangguran meningkat. Kita bicara ke dunia usaha masyarakat di lapangan, masyarakat sangat struggling, pengusaha warteg harus pulang ke Tegal. Ini luar biasa memang tekanan yang kita hadapi,” tambahnya.
-
NASIONAL01/12/2025 12:00 WIBKorban Meninggal Banjir di Sumut, Sumbar, dan Aceh Mencapai 442 Jiwa
-
RIAU01/12/2025 15:30 WIBDampak Bencana Sumatera Harga Bahan Pokok Melonjak Tajam, Cabai Merah Tembus 140 Ribu/Kg di Pekanbaru
-
EKBIS01/12/2025 10:30 WIBRupiah Menguat ke Rp 16.655 per Dolar AS pada Awal Pekan
-
EKBIS01/12/2025 08:30 WIBSemua Kompak Naik: Harga BBM Pertamina, Shell, BP, dan Vivo per 1 Desember 2025
-
RAGAM01/12/2025 19:30 WIBTiga Modus Penipuan Email yang Sedang Marak, Begini Cara Mengenalinya
-
EKBIS01/12/2025 15:00 WIBNovember 2025, Indonesia Alami Inflasi Bulanan 0,17 Persen
-
EKBIS01/12/2025 11:30 WIBAwal Desember, Harga Emas Antam Naik Tipis
-
NUSANTARA01/12/2025 12:30 WIBSatgas Cartenz dan Polres Yahukimo Bekuk Anggota KKB Iron Heluka

















