Berita
Majalah Charlie Hebdo Sebut Islam Mengancam Demokrasi di Prancis
Majalah satire asal Prancis, Charlie Hebdo, menyatakan materi yang mereka terbitkan dikhususkan untuk melawan Islamisme, intoleransi, penindasan dan bentuk-bentuk politik Islam yang dinilai mengancam praktik demokrasi di negara itu. “Kita membutuhkan tindakan yang kuat untuk menghentikan Islamisme, tetapi juga untuk mengutuk tindakan sekecil apapun, kata-kata yang tidak toleran atau penuh kebencian terhadap orang-orang Prancis dari […]
Majalah satire asal Prancis, Charlie Hebdo, menyatakan materi yang mereka terbitkan dikhususkan untuk melawan Islamisme, intoleransi, penindasan dan bentuk-bentuk politik Islam yang dinilai mengancam praktik demokrasi di negara itu.
“Kita membutuhkan tindakan yang kuat untuk menghentikan Islamisme, tetapi juga untuk mengutuk tindakan sekecil apapun, kata-kata yang tidak toleran atau penuh kebencian terhadap orang-orang Prancis dari latar belakang imigran,” demikian isi editorial Charlie Hebdo yang ditulis oleh sang editor, Riss, seperti dilansir Associated Press, Jumat (30/10).
“Karena Prancis tidak terbagi antara Muslim dan non-Muslim, antara beriman dan non-Muslim, antara orang-orang asal Prancis dan orang Prancis berlatar belakang imigran. Tidak, Prancis terbagi antara demokrat dan anti-demokrat,” lanjut editorial itu.
Sirkulasi majalah Charlie Hebdo di Prancis terbilang sempit dan kecil. Bagi sebagian penduduk setempat, isinya pun dinilai menjijikan atau kadang terlampau ekstrem.
Akan tetapi, warga Prancis membiarkan mereka karena kebebasan berpendapat di negara itu dijamin dalam undang-undang.
Majalah itu menarik perhatian dunia ketika mencetak ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., yang sebenarnya dimuat lebih dulu oleh majalah Denmark pada 2005. Bagi umat Islam, karikatur itu adalah bentuk penghinaan terhadap Nabi Muhammad S.A.W., dan mengutuk penerbitnya.
Akibatnya, kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris dilempar bom molotov pada 2011. Setahun kemudian, majalah itu kembali menerbitkan karikatur Nabi Muhammad S.A.W., yang digambarkan dalam keadaan bugil.
Saat itu pemerintah Prancis mengatakan hal itu adalah bentuk kebebasan berpendapat.
Lantas pada Januari 2015 terjadi tragedi berdarah. Dua warga Prancis yang menjadi pengikut organisasi teror Al-Qaidah menyerang dan menembaki isi redaksi Charlie Hebdo.
Kejadian itu merenggut 12 nyawa, termasuk editor kepala dan sejumlah karikaturis. Kedua pelaku juga tewas ditembak aparat.
Sejak itu majalah tersebut memindahkan kantor redaksi mereka. Pada September 2020, Charlie Hebdo kembali menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., menyambut proses persidangan sejumlah tersangka yang membantu teror penembakan yang mulai diadili di pengadilan Prancis.
Selain topik soal Islam, Charlie Hebdo juga mengangkat tema soal kematian anak-anak imigran, korban virus corona, pecandu narkoba, kelompok neo-Nazi, Paus, uskup, pemimpin dunia, kaum Yahudi, dan tema soal politik hingga hiburan.
Bahkan mereka juga menerbitkan karikatur tentang pemakaman seorang guru sejarah, Samuel Paty, yang tewas dipenggal saat pulang kerja. Dia dibunuh karena diduga mengangkat tema pembelajaran di kelas soal kebebasan berpendapat dengan memperlihatkan kartun Nabi Muhammad S.A.W.
Charlie Hebdo menggambarkan pemakaman itu dengan karikatur dua peti mati. Yaitu satu peti yang berisi tubuh mendiang dan kepala diangkat oleh petugas secara terpisah.
-
Multimedia5 hours ago
FOTO: Bawaslu Gelar Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu
-
POLITIK9 hours ago
Bawaslu Gelar Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu untuk Refleksi Kinerja dan Strategi Kedepan
-
Oase19 hours ago
Hukum Merayakan Natal dalam Islam, Berikut Penjelasannya!
-
Ragam13 hours ago
Bantah Gelapkan Harta Warisan, Ratna Sarumpaet: Aku Enggak Dendam
-
POLITIK2 hours ago
Ketua Komisi II Menentang Pembentukan KPU-Bawaslu Ad Hoc
-
Olahraga15 hours ago
Dicoret dari Pelatnas, Christian Adinata: Perjuangan Tanpa Akhir di Dunia Bulu Tangkis
-
Nasional6 hours ago
Presedium MLB NU Desak Gus Ipul Mundur dari Jabatan Sekjen PBNU
-
Dunia12 hours ago
Tragedi Kecelakaan Bus di Brasil: 38 Tewas, Kejadian Terburuk Sejak 2007