Berita
Dalam Sehari, Varian Omicron di Inggris Naik 50 Persen
Inggris melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron naik hingga 50 persen dalam sehari. Pada Minggu (5/12), kasus varian Omicron mencapai 86 kasus. Padahal sebelumnya, kasus varian Omicron terkonfirmasi mencapai 48 kasus. Lebih rinci, Badan Kesehatan Keamanan Inggris (UKHSA) mencatat varian Omicron di Inggris sebanyak 68 kasus dan 18 kasus di Skotlandia. Dengan demikian, total varian Omicron […]
Inggris melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron naik hingga 50 persen dalam sehari.
Pada Minggu (5/12), kasus varian Omicron mencapai 86 kasus. Padahal sebelumnya, kasus varian Omicron terkonfirmasi mencapai 48 kasus.
Lebih rinci, Badan Kesehatan Keamanan Inggris (UKHSA) mencatat varian Omicron di Inggris sebanyak 68 kasus dan 18 kasus di Skotlandia. Dengan demikian, total varian Omicron di Inggris mencapai 246 kasus.
ad
Demi menekan laju penularan varian Omicron, pemerintah mengumumkan aturan perubahan perjalanan pada Sabtu (4/12).
Inggris diketahui menutup perbatasan tak lama usai varian tersebut terdeteksi pertama kali di Botswana. Mereka melarang penerbangan dari negara-negara Afrika.
Kali ini, Inggris menambahkan Nigeria ke dalam daftar merah yang mulai berlaku pada 6 Desember pukul 04.00 pagi waktu setempat.
“Dari Senin pukul 04.00 pagi, hanya Inggris dan warga Irlandia dan residen dari Nigeria yang akan diizinkan masuk dan harus menjalani isolasi di fasilitas karantina,” kata Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, di akun Twitter seperti dikutip The Independent, Minggu (5/12).
Dari Selasa pukul 04.00 pagi, lanjut dia, semua orang yang melakukan perjalanan ke Inggris dari negara lain harus melakukan tes sebelum keberangkatan dan menunjukkan bukti vaksinasi.
Pekan ini, pemerintah Inggris juga menginstruksikan masyarakat agar mengenakan masker di perkotaan dan transportasi publik. Selain itu, bagi orang yang kontak erat dengan pasien yang terpapar varian Omicron harus menjalani karantina 10 hari.
Meski demikian, menurut penasehat kesehatan pemerintah, langkah mereka terkait aturan perjalanan untuk menghalau potensi gelombang Omicron dinilai telat.
“Jika Omicron sudah di Inggris, dan itu sudah pasti, jika ada penularan di kalangan masyarakat di Inggris, dan itu pasti terlihat, penularan lokal akan memicu gelombang selanjutnya,” kata penasihat itu.
“Tetapi saya pikir terlambat membuat langkah yang beda untuk mencegah gelombang Omicron,” ia menambahkan.
Presiden Royal College of Emergency Medicine, Katherine Henderson, juga memperingatkan bahwa Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) akan tertekan jika varian Omicron menyebabkan penambahan pasien di rumah sakit.
“Sangat, sangat, di posisi yang sulit,” kata Henderson.
Situasinya sudah sangat buruk dan mungkin bisa jadi parah, tambah dia.
“Kami akan di sini. Kami tetap ingin pasien datang tapi kami harus membantu orang untuk memahami bahwa saat ini pelayanan begitu tertekan, dan lonjakan kasus akan sangat, sangat menyulitkan,” lanjut dia.
Tak hanya di Inggris, varian Omicron terdeteksi di berbagai negara. Untuk menekan laju penularan, sejumlah negara menutup pembatasan dari negara Afrika. Jepang bahkan menutup pintu bagi pendatang asing.
Meski sudah menyebar luas, hingga saat ini WHO belum mencatat ada kasus kematian akibat varian Omicron.
WHO mengaku tengah mengumpulkan lebih banyak bukti terkait varian itu semaksimal mungkin.
-
Multimedia12 jam lalu
FOTO: Bawaslu RI Gelar Deklarasi Kampanye Pilkada Damai 2024
-
Multimedia9 jam lalu
FOTO: Simulasi Pemungutan Suara Pilkada Jakarta di Gambir
-
Olahraga13 jam lalu
Marc Marquez dan Alex Marquez, Bidik Podium di Seri Penutup MotoGP 2024
-
EkBis10 jam lalu
Gaikindo Optimistis Kenaikan PPN Tak Goyahkan Sektor Otomotif di 2025
-
Ragam16 jam lalu
Antusiasme Tinggi, SEVENTEEN Tambah Jadwal Konser di Jakarta
-
Ragam14 jam lalu
Studi: Stres Psikologis pada Ibu Hamil Tingkatkan Risiko Epilepsi pada Anak
-
POLITIK8 jam lalu
Mardiono Siap Maju Jadi Ketua Umum PPP Jika Diberi Amanah
-
OtoTek17 jam lalu
Google Kembangkan Fitur “Protected Email” untuk Tingkatkan Privasi dan Cegah Spam