Connect with us

DUNIA

Hamas Sepakat dengan Proposal Gencatan Senjata, Tapi dengan Syarat

Aktualitas.id -

Pasukan khusus Hamas Brigade Al Qassam yang berhasil menembus Israel. (AFP PHOTO / SAID KHATIB)

AKTUALITAS.ID – Kelompok perlawanan Hamas secara tegas menanggapi salah satu poin krusial dalam proposal gencatan senjata di Jalur Gaza yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yakni isu pelucutan senjata. Hamas menegaskan bahwa senjata perlawanan tidak akan pernah dilucuti selama negara Palestina merdeka belum terwujud.

Pejabat senior Hamas, Taher Al Nounou, menyatakan pada Senin (6/10/2025) pihaknya tidak menjadi bagian dari negosiasi langsung rencana AS tersebut. “Pembebasan para tahanan Israel terkait dengan berakhirnya perang dan penarikan pendudukan dari Gaza. Senjata perlawanan sangat terikat dengan pembentukan negara Palestina,” kata Al Nounou, dikutip dari Middle East Monitor.

Fokus Utama: Pertukaran Sandera dan Akhir Perang

Meskipun secara garis besar Hamas sempat sepakat dengan usulan gencatan senjata permanen, isu pelucutan senjata memicu perdebatan sengit. Fokus utama Hamas saat ini tetap pada pertukaran sandera dengan Israel sebagai bagian dari kesepakatan yang mengakhiri konflik secara total.

“Kami amat serius membebaskan para tahanan sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang yang bisa bertahan selama bertahun-tahun. Kami menerima proposal Mesir untuk membentuk pemerintahan independen untuk Jalur Gaza,” ungkap Al Nounou.

Meski menolak poin pelucutan senjata, Hamas menyatakan akan tetap mempelajari rencana Amerika tersebut dalam kerangka melindungi hak-hak dan kepentingan rakyat Palestina.

Perundingan Tak Langsung Dimulai di Sharm El-Sheikh

Kepala negosiator Hamas, Khalil Al Hayya, dilaporkan sudah terbang ke Mesir untuk memulai babak baru perundingan tidak langsung dengan Israel mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata.

Dilansir AFP, pertemuan penting ini dijadwalkan berlangsung pada Senin (6/10/2025) di resor Sharm al-Sheikh, Mesir. Delegasi Israel juga dikabarkan berangkat ke sana pada hari yang sama, menurut kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Pertemuan ini menjadi kemunculan perdana Al Hayya untuk negosiasi sejak ia dan beberapa pemimpin Hamas lainnya menjadi sasaran serangan Israel di Doha, Qatar, bulan lalu. Al Hayya sebelumnya sempat dirumorkan meninggal, namun ia muncul pada Minggu (5/10/2025) dalam tayangan pra-rekaman di TV Qatar. (Mun)

TRENDING