Connect with us

OASE

Tahiyat dalam Sholat: Mengungkap Kisah di Balik Kalimat yang Menghubungkan Kita dengan Allah dan Rasul-Nya

Aktualitas.id -

Ilustrasi Menunaikan ibadah Salat . (IST)

AKTUALITAS.ID – Bacaan tahiyat yang setiap muslim lantunkan dalam salat ternyata menyimpan makna mendalam yang penuh keagungan spiritual. Tidak hanya sekadar rangkaian kalimat, tahiyat merupakan refleksi dari dialog agung antara Rasulullah SAW dengan Allah SWT saat peristiwa Isra Mi’raj, serta mendapat penjelasan berlapis dari para ulama besar.

Imam al-‘Izz bin Abd as-Salâm, yang dikenal dengan gelar Sultanul ‘Ulama (rajanya ulama), dalam karyanya Maqâṣid al-‘Ibâdât menjelaskan bahwa kalimat at-taḥiyyât al-mubârakât aṣ-ṣalawât aṭ-ṭayyibât lillâh dan asyhadu an lâ ilâha illallâh berhubungan langsung dengan Allah SWT. Sedangkan kalimat salam kepada Nabi, Rasulullah SAW, serta doa keselamatan bagi hamba-hamba saleh, menghubungkan shalat dengan seluruh dimensi spiritual: Allah, Rasul, diri seorang muslim, dan seluruh orang beriman di langit maupun bumi.

Lebih jauh, Imam al-Fasyanî memberikan tafsir simbolis yang unik. Ia menjelaskan tahiyat adalah nama seekor burung di surga yang hinggap di atas pohon ṭayyibât di tepi sungai ṣalawât. Setiap kali seorang muslim membaca bacaan tahiyat dalam salat, burung tersebut menukik ke sungai, dan percikan air dari bulunya berubah menjadi malaikat yang memohonkan ampunan bagi orang yang sholat hingga hari kiamat.

Keagungan bacaan tahiyat semakin tampak dalam kisah Isra Mi’raj. Ketika Rasulullah SAW bersama malaikat Jibril melewati Sidratul Muntaha, Jibril berhenti karena tidak mampu menahan pancaran cahaya keagungan Allah SWT. Rasulullah SAW pun melangkah sendiri hingga tiba di maqâm khiṭâb, tempat perjumpaan agung dengan Allah.

Di sana beliau mengucapkan salam:
“At-taḥiyyât al-mubârakât aṣ-ṣalawât aṭ-ṭayyibât lillâh.”

Allah SWT membalas penuh rahmat:
“As-salâm ‘alaika ayyuhâ an-nabiyyu wa raḥmatullâh wa barkâtuh.”

Dengan penuh cinta kepada umatnya, Rasulullah SAW melanjutkan:
“As-salâm ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâh aṣ-ṣâliḥîn.”

Menyaksikan percakapan penuh keagungan ini, seluruh penghuni langit dan bumi serentak bersaksi:
“Asyhadu an lâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muḥammadan rasûlullâh.”

Menurut Imam Nawawî al-Jâwî, hanya Rasulullah SAW yang diberi kekuatan khusus oleh Allah SWT untuk sampai ke maqâm khiṭâb, berbeda dengan malaikat Jibril yang terhalang cahaya keagungan. Hal ini menegaskan kemuliaan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan yang dipilih untuk menerima amanah suci.

Bacaan tahiyat, dengan segala lapisan makna historis dan spiritualnya, bukan hanya ritual wajib dalam sholat. Ia adalah cermin cinta kasih Allah kepada hamba-Nya, kerendahan hati Rasulullah SAW yang selalu mengingat umatnya, dan ikatan suci yang menyatukan seluruh orang beriman di langit maupun bumi. (Mun)

TRENDING