Berita
Soal Klaim Genosida Armenia, Erdogan Minta Biden Berkaca
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyerang balik dan meminta Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berkaca terkait klaim tragedi di Armenia pada 1915 sebagai genosida oleh pasukan Dinasti Turki Ottoman. “Beliau (Biden) harus berkaca. Kita juga bisa membahas tentang perbudakan dan diskriminasi rasial terhadap kulit hitam, perlakuan terhadap bangsa asli Amerika dan perbuatan tentara AS dalam […]

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyerang balik dan meminta Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berkaca terkait klaim tragedi di Armenia pada 1915 sebagai genosida oleh pasukan Dinasti Turki Ottoman.
“Beliau (Biden) harus berkaca. Kita juga bisa membahas tentang perbudakan dan diskriminasi rasial terhadap kulit hitam, perlakuan terhadap bangsa asli Amerika dan perbuatan tentara AS dalam perang Vietnam,” kata Erdogan saat memberikan pernyataan di Ankara, seperti dilansir AFP, Selasa (27/4).
Erdogan menyatakan klaim Biden sebagai pernyataan tidak berdasar dan merusak hubungan kedua negara.
“Presiden AS membuat komentar yang tidak berdasar dan tidak adil. Kami meyakini pernyataan di dalam deklarasi itu akibat tekanan dari kelompok radikal di Armenia dan anti-Turki. Namun, hal itu tidak mengurangi dampak kerusakan dari pernyataan itu,” ujar Erdogan.
Hubungan antara AS dan Turki sempat mulus di masa pemerintahan Donald Trump. Sebab, Trump dinilai melindungi pemerintahan Erdogan dari berbagai sanksi.
Akan tetapi, pemerintahan Biden mengungkit persoalan HAM dan permasalahan lain dalam konteks hubungan AS dan Turki.
“Tingkat hubungan AS dan Turki menurun,” ucap Erdogan.
Akan tetapi, Erdogan merasa mereka masih bisa memperbaiki situasi karena Biden mengundangnya untuk berdialog di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang bakal digelar pada Juni mendatang.
Sejumlah sejarawan dan pemerintah Armenia menyatakan sekitar 1.5 juta penduduk mereka dibantai secara sistematis oleh pasukan Kekaisaran Turki Ottoman pada Perang Dunia I, antara 1915 sampai 1917.
Turki menyatakan saat itu jumlah korban dari kedua belah pihak dalam peperangan itu cukup besar. Karena saat itu pasukan Turki Ottoman berperang melawan Kekaisaran Tsar Rusia.
Akan tetapi, Turki membantah sengaja melakukan genosida dengan alasan istilah itu belum dikenal secara hukum pada masa itu.
-
NASIONAL12/03/2025
Bonus Hari Raya untuk Mitra Ojek Daring: Langkah Nyata Arahan Presiden
-
NASIONAL12/03/2025
Presiden Prabowo Tegas: Prajurit TNI di Lembaga Sipil Wajib Pensiun Dini
-
EKBIS12/03/2025
Hadapi Krisis Pangan Global, Pemerintah Pastikan Produksi Beras Nasional Surplus
-
POLITIK12/03/2025
Batasan Masa Jabatan Ketum Parpol? Demokrat: Itu Urusan Internal Partai
-
MULTIMEDIA12/03/2025
FOTO: Komisi V Setujui Anggaran Tambahan Kemendes dari Hibah Luar Negeri
-
JABODETABEK12/03/2025
Pemprov DKI Jakarta Naikkan Jumlah Penerima KJP Plus Jadi 705.000 Siswa
-
RAGAM12/03/2025
Raffi Ahmad Prihatin dengan Kondisi Wendy Cagur
-
JABODETABEK12/03/2025
Empat Anggota Polda Metro Jaya Dipecat, Kapolda Tegaskan Penegakan Disiplin