Connect with us

Berita

Selama Pandemi, Tabungan Masyarakat Bali Terkuras

AKTUALITAS.ID – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan dana pihak ketiga (DPK) atau tabungan masyarakat di Pulau Dewata terkuras selama pandemi Covid-19. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan DPK nasional yang meningkat pesat sekitar 11-12 persen karena masyarakat menahan belanja. Berdasarkan data BI, perlambatan pertumbuhan DPK di Bali terjadi sejak 2020. Di […]

Published

on

AKTUALITAS.ID – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan dana pihak ketiga (DPK) atau tabungan masyarakat di Pulau Dewata terkuras selama pandemi Covid-19.

Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan DPK nasional yang meningkat pesat sekitar 11-12 persen karena masyarakat menahan belanja.

Berdasarkan data BI, perlambatan pertumbuhan DPK di Bali terjadi sejak 2020. Di kuartal pertama tahun lalu, DPK Bali tumbuh 9,44 persen year on year (yoy) tapi kemudian melambat menjadi 0,91 persen yoy pada kuartal kedua.

Kemudian pada kuartal ketiga dan keempat pertumbuhan DPK berada di zona negatif masing 3,46 persen yoy dan 1,51 persen yoy. Sementara pada kuartal pertama 2021 lalu, DPK di Bali minus 3,79 yoy.

“Giro paling tinggi diambilin, tabungan juga sama, artinya memang banyak masyarakat Bali sudah makan tabungan bahkan perusahaannya sudah mengambil giro. Ini berbeda dengan provinsi lain seperti Jawa,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Sabtu (22/5/2021).

Terkurasnya tabungan masyarakat Bali selama pandemi, menurutnya, disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang terken pemutusan hubungan kerja (PHK). Maklum, lebih dari 50 persen perkonomian Bali ditopang oleh sektor pariwisata.

Ketika kunjungan turis mancanegara dan domestik anjlok karena pandemi, sektor utama penggerak ekonomi provinsi tersebut sekarat dan masyarakat tak mendapatkan pemasukan.

“Tingkat pengangguran Bali di 2020 atau 2019 1,52 persen itu terendah se-Indonesia, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, mungkin setahun lebih, dari nomor 1 terendah menjadi nomor 25, 6,26 persen (penganggurannya),” kata Trisno.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves Odo R.M. Manuhutu mengatakan Bali membutuhkan pertolongan dari pemerintah untuk bisa mempercepat pemulihan ekonominya.

“Kita lihat bahwa terjadi kontraksi yang cukup dalam di Bali 9,3 persen (2020), triwulan pertama juga masih terkontraksi. Artinya terjadi penurunan aktivitas ekonomi, betapa banyak hotel-hotel yang beroperasi dengan minimum capacity, 10 persen,” tuturnya.

Bahkan, meski sudah melakukan pengurangan tenaga kerja, hingga saat ini hotel-hotel di Bali kesulitan untuk membayar gaji karyawan karena sudah berbulan-bulan tingkat keterisiannya hanya 10 persen.

“Ketika kita berbicara bahwa itu 10 persen, artinya untuk bayar gaji pun tidak cukup, bayar listrik tidak cukup, untuk maintenance pun tidak. Bahwa sebuah hotel untuk bisa membayar maintenance paling tidak okupansi rate harus 30 persen sampai 40 persen,” kata dia.

Itu lah mengapa, kata Odo, banyak pekerja yang akhirnya menguras tabungan selama pandemi Covid-19. “Jadi salah satu cerita, ini adalah cerita nyata seorang pekerja di salah satu hotel itu mengatakan selama 4 bulan tidak bekerja, hanya di rumah dan dia baru menikah, dan terpaksa mantap, makan tabungan,” ucapnya.

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending