Connect with us

DUNIA

Harga Rumah Melambung, Anak Muda Jepang Pilih KPR 50 Tahun

Aktualitas.id -

Ilustrasi kepemilikan rumah (pixabay)

AKTUALITAS.ID – Generasi muda Jepang kini semakin banyak yang memilih Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan tenor super panjang hingga 50 tahun. Pilihan ini diambil seiring melonjaknya harga properti di Negeri Sakura, yang membuat cicilan rumah kian berat jika memakai tenor standar 35 tahun.

Dengan masa cicilan lebih lama, beban pembayaran bulanan memang bisa ditekan. Namun konsekuensinya, total pinjaman yang harus dilunasi menjadi jauh lebih besar dan membuat para pekerja berpotensi masih mencicil rumah saat memasuki masa pensiun.

Situasi ini juga diperparah oleh perubahan kebijakan moneter Bank of Japan yang berdampak pada kenaikan suku bunga pinjaman, sehingga memicu kekhawatiran baru bagi calon pembeli rumah.

Pada Juli lalu, PayPay Bank mulai menawarkan KPR dengan tenor hingga 50 tahun. Hasilnya, sekitar 70 persen nasabah berusia 20-an dan 49 persen nasabah usia 30-an memilih tenor terpanjang tersebut. Tren ini kemudian diikuti bank digital lain dan bank-bank daerah yang menyasar kelompok usia muda.

Sejumlah bank bahkan memberikan kelonggaran dengan ketentuan pinjaman harus lunas sebelum nasabah berusia 80 tahun.

Menurut perhitungan Takashi Shiozawa dari MFS Inc., penyedia layanan KPR, pinjaman sebesar 60 juta yen atau sekitar Rp6,35 miliar dengan bunga tahunan 0,75 persen akan menghasilkan cicilan bulanan sekitar 120.000 yen (Rp12,7 juta) untuk tenor 50 tahun. Total bunga yang dibayarkan mencapai hampir 12 juta yen.

Toshiaki Nakayama dari kelompok properti Lifull menilai, KPR 50 tahun memang memberi ruang finansial lebih longgar karena cicilan lebih kecil. Sisa dana tersebut, kata dia, bisa dialokasikan untuk investasi.

Meski begitu, Nakayama mengingatkan pentingnya mempertimbangkan rencana hidup jangka menengah dan panjang sebelum mengambil utang jangka sangat panjang. Ia juga menyoroti berbagai risiko seperti sakit, perubahan pekerjaan, hingga kesulitan membayar cicilan di masa depan.

“Utang jangka panjang harus dihitung matang, bukan hanya soal cicilan ringan hari ini,” ujarnya. (DIN) 

TRENDING