Connect with us

OASE

Kisah Nabi Muhammad SAW saat Diolok-olok

Aktualitas.id -

AKTUALITAS.ID – Dalam setiap zaman, selalu ada orang-orang yang meremehkan hal-hal yang dianggap sakral, meski dengan dalih bercanda. Pada masa Rasulullah SAW, hal serupa terjadi, sebagaimana tercatat dalam sejarah Perang Tabuk.

Menurut buku Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, sebuah kisah dari Ibnu Umar mengisahkan sekelompok orang munafik yang mengolok-olok Nabi Muhammad SAW dan para sahabat penghafal Alquran. Mereka berkata, “Kami tidak pernah melihat seperti para penghafal Alquran itu. Belum pernah ada orang yang lebih rakus, lebih buncit perutnya, lebih suka berdusta, dan lebih pengecut dalam pertempuran ketimbang mereka.”

Ucapan itu didengar oleh Auf bin Malik, salah seorang sahabat Nabi yang kebetulan lewat. Mendengar olok-olok tersebut, Auf segera menegur mereka, “Kamu bohong! Kamu munafik! Aku akan melapor kepada Rasulullah.”

Begitu persoalan ini sampai kepada Nabi Muhammad, beliau sedang bersiap untuk menaiki untanya. Orang-orang yang terlibat dalam olok-olok itu kemudian dipanggil oleh Rasulullah SAW. Salah seorang dari mereka mencoba membela diri, mengatakan bahwa pernyataan tersebut hanyalah senda gurau untuk mengisi waktu perjalanan.

Namun, Rasulullah SAW dengan tegas menjawab, “Mengapa terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”

Tak lama setelah itu, Allah SWT menurunkan wahyu yang tercatat dalam Surah At-Taubah, ayat 65, yang menegaskan: “Dan jika kamu (Muhammad) tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’”

Melalui ayat ini, Allah SWT memberikan teguran keras terhadap mereka yang memperolok-olok Nabi dan ajaran-Nya. Allah mengajarkan umat Islam untuk tidak meniru perilaku orang-orang yang menghina para nabi, sebagaimana juga diingatkan dalam Surah Al-Baqarah, ayat 104, agar tidak memanggil Rasulullah SAW dengan sebutan-sebutan yang tidak pantas.

Contoh lainnya dapat ditemukan dalam peristiwa lain, yaitu ketika orang-orang Yahudi menjadikan kata “Raa’ina” sebagai bahan ejekan terhadap Nabi Muhammad SAW. Kata tersebut sebenarnya bermakna “Sudilah kiranya engkau memerhatikan kami,” namun oleh mereka diubah menjadi “ru’unah,” yang berarti “orang yang sangat dungu.” Allah kemudian memerintahkan umat Islam untuk menggunakan kata yang lebih sopan, yaitu “Unzhurna” yang memiliki makna serupa, untuk menghindari penyalahgunaan dan olok-olok.

Pesan yang dapat diambil dari kisah ini adalah bahwa hanya orang-orang yang munafik yang berani memperolok-olok Rasulullah SAW dan ajaran-Nya. Sebaliknya, orang yang beriman akan merasakan getaran di hatinya ketika mendengar nama Allah dan ayat-ayat-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Anfal, ayat 2.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, maka bertambah iman mereka karena hal itu, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal,” demikian firman Allah yang menjadi pedoman bagi umat Islam untuk menghormati ajaran agama dan Rasul-Nya. (Damar Ramadhan)

TRENDING