Connect with us

POLITIK

Hasil Pemilu 1955: PSII Raih 1.059.922 Suara dan Amankan 16 Kursi DPR

Aktualitas.id -

Logo Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Foto: Ist

AKTUALITAS.ID Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1955 sering dicatat dalam tinta emas sejarah sebagai pemilu paling demokratis di Indonesia. Di tengah hiruk-pikuk persaingan “Empat Besar” (PNI, Masyumi, NU, dan PKI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) menunjukkan taringnya sebagai kekuatan politik berbasis Islam yang patut diperhitungkan dengan perolehan suara yang signifikan.

Berdasarkan data sejarah politik nasional, PSII berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu partai papan tengah yang memiliki basis massa loyal. Dalam kontestasi politik pertama republik ini, PSII sukses mendulang dukungan lebih dari satu juta pemilih.

Statistik Perolehan Suara

Kekuatan PSII pada tahun 1955 tidak bisa dipandang sebelah mata. Partai yang berakar dari pergerakan Sarekat Islam ini mencatatkan angka statistik yang solid:

Total Suara Sah: 1.059.922 suara.

Persentase Suara: Sekitar 2,89% dari total suara nasional.

Jumlah Kursi DPR: 16 Kursi.

Angka 1.059.922 suara ini menjadi bukti bahwa meskipun terjadi fragmentasi dalam partai-partai Islam kala itu (antara Masyumi, NU, PSII, dan Perti), PSII tetap memiliki konstituen setia, terutama di wilayah-wilayah basis tradisional syarikat dagang dan kaum pergerakan Islam lama.

Signifikansi 16 Kursi di Parlemen

Perolehan 16 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memberikan PSII daya tawar politik (bargaining position) yang cukup strategis. Dalam sistem parlementer yang dianut Indonesia pada masa itu, jumlah kursi ini memungkinkan PSII untuk terlibat aktif dalam pembentukan koalisi kabinet maupun dalam perdebatan-perdebatan krusial di Majelis Konstituante.

Keberhasilan PSII mengumpulkan lebih dari 1 juta suara ini menarik untuk diamati mengingat ketatnya persaingan ideologi kala itu. PSII yang membawa narasi sosialisme Islam dan kebangsaan, mencoba menawarkan alternatif di luar dominasi Masyumi (sebagai partai Islam modernis terbesar) dan Nahdlatul Ulama (sebagai representasi kaum tradisionalis).

Meski tidak masuk dalam jajaran empat besar pemenang pemilu, eksistensi 16 wakil PSII di parlemen membuktikan bahwa partai ini memiliki infrastruktur politik yang mengakar hingga ke akar rumput pada dekade 50-an.

Warisan sejarah perolehan suara PSII di Pemilu 1955 ini tetap menjadi bahan kajian penting bagi para pengamat politik dan sejarawan dalam memetakan demografi politik Islam di Indonesia pada masa awal kemerdekaan. (Mun)

TRENDING