Connect with us

EKBIS

Tertekan Dolar AS yang ‘Menggila’, Rupiah Dibuka Melemah 0,06% per 7 Oktober 2025

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar Rupiah kembali memulai perdagangan hari ini, Selasa (7/10/2025), dengan catatan kurang menyenangkan. Rupiah dibuka melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS), terdepresiasi 0,06% di posisi Rp16.560/US$.

Pelemahan ini melanjutkan tren negatif dari perdagangan kemarin, Senin (6/10/2025), saat Rupiah ditutup merosot 0,09% di level Rp16.545/US$.

Tekanan Dolar AS dan Krisis di Pemerintahan AS

Pemicu utama pelemahan Rupiah adalah Dolar AS yang tengah menguat (DXY), bahkan saat pemerintahan AS sendiri sedang mengalami shutdown. Indeks Dolar AS (DXY) terpantau masih di zona positif dengan penguatan 0,10% di posisi 98,204 per pukul 09.00 WIB.

Indeks DXY sempat menyentuh level 98,499—posisi terkuatnya sejak 26 September 2025—sebelum sedikit terkoreksi. Penguatan Dolar AS yang “menggila” ini terus memberikan tekanan berat pada mata uang emerging market, termasuk Rupiah.

Menanti Jurus Penyelamat: Data Cadangan Devisa BI

Kunci nasib Rupiah hari ini sangat bergantung pada pengumuman penting dari Bank Indonesia (BI). Perhatian pasar tertuju pada rilis data Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia periode September 2025.

Pada periode sebelumnya, cadangan devisa tercatat sebesar US$150,7 miliar, turun dari US$152,0 miliar pada Juli 2025. Penurunan kala itu disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri dan kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah yang tinggi.

Sinyal Negatif: Jika Cadev September kembali menunjukkan penurunan, pasar akan menilai bahwa tekanan terhadap Rupiah masih tinggi dan intervensi BI sangat dibutuhkan.

Sinyal Positif: Sebaliknya, jika Cadev stabil atau meningkat, ini akan menjadi sinyal baik bagi Rupiah karena mencerminkan aliran devisa masuk yang terjaga dan ruang intervensi BI yang masih luas untuk menstabilkan kurs.

Investor dan pelaku pasar kini menanti pengumuman BI, yang diharapkan dapat memberikan sinyal arah pergerakan Rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. (Firmansyah/Mun)

TRENDING