Connect with us

NASIONAL

Mengenal Gereja Sion: Dari Portugeesche Buitenkerk Hingga Cagar Budaya Jakarta

Aktualitas.id -

Gereja Sion, Foto:Ist

AKTUALITAS.ID – Gereja Sion merupakan salah satu bangunan bersejarah paling penting di Indonesia. Terletak di Jalan Pangeran Jayakarta No. 1, Jakarta Barat, Gereja Sion dikenal sebagai gereja tertua di Indonesia yang masih berdiri dan digunakan hingga saat ini. Gereja ini didirikan pada tahun 1695, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Dalam catatan sejarah, Gereja Sion juga dikenal dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis, yang merujuk pada komunitas awal jemaatnya. Hingga kini, gereja ini terbuka untuk umum setiap hari dan menjadi destinasi wisata sejarah serta religi di Ibu Kota.

Awal Pendirian Gereja Sion

Mengutip laman kebudayaan.kemdikbud.go.id dan akun Instagram resmi @dkijakarta, sejarah Gereja Sion bermula dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk komunitas Mardijkers, yaitu keturunan Portugis yang telah dibebaskan dari perbudakan.

Gereja ini dibangun di atas lahan pemakaman, yang pada masa itu juga difungsikan sebagai tempat pembelajaran agama Kristen Protestan bagi budak-budak Portugis. Hingga kini, beberapa makam tua masih dapat ditemukan di area sekitar gereja.

Di sisi barat gereja, terdapat makam bersejarah, salah satunya adalah makam Gubernur Jenderal Hindia Belanda Henric Zwaardcroon, yang wafat pada tahun 1728.

Dari Buitenkerk hingga Menjadi Gereja Sion

Pembangunan Gereja Sion diprakarsai oleh Pieter van Hoorn, putra Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu. Pada awal berdirinya, gereja ini diberi nama “De Nieuwe Portugese Buitenkerk”, yang berarti Gereja Portugis Baru di Luar Tembok Kota.

Nama tersebut merujuk pada letak gereja yang berada di luar tembok Kota Batavia, sebutan lama bagi Jakarta. Baru pada tahun 1951, gereja ini resmi berganti nama menjadi Gereja Sion, yang diambil dari Bukit Sion di Yerusalem, tempat suci yang memiliki makna penting dalam ajaran Kristen.

Keunikan Arsitektur dan Interior

Secara arsitektur, Gereja Sion menampilkan perpaduan gaya Portugis dan Yunani klasik. Bangunannya berbentuk persegi panjang dengan atap tinggi dan menara lonceng di sisi utara serambi gereja.

Lonceng gereja ini memiliki nilai sejarah tinggi karena merupakan lonceng tertua ketiga di Indonesia, yang dibuat pada tahun 1675.

Bagian interior Gereja Sion juga menyimpan berbagai peninggalan bersejarah. Terdapat tujuh jendela kaca patri besar, sebuah mimbar kayu megah, serta kursi-kursi berukir yang dibuat pada pertengahan abad ke-17.

Selain itu, gereja ini memiliki sebuah orgel tua yang diletakkan di balkon dan masih berfungsi hingga kini. Orgel tersebut merupakan hibah dari putri Pendeta John Maurits Moor pada tahun 1860 dan hingga saat ini masih digunakan dalam ibadah.

Pintu utama gereja berada di sisi utara, sementara pintu tambahan terletak di bagian barat bangunan.

Fungsi Gereja Sion Saat Ini

Hingga sekarang, Gereja Sion tetap aktif digunakan sebagai tempat ibadah oleh jemaat Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB). Selain itu, bangunan bersejarah ini juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia.

Keberadaan Gereja Sion tidak hanya menjadi saksi perjalanan panjang sejarah Jakarta dan Indonesia, tetapi juga simbol toleransi, keberagaman, serta warisan budaya yang patut dijaga untuk generasi mendatang. (Mun)

TRENDING