Berita
Soal Rekrut Mata-mata WN Singapura, China Klaim Difitnah AS
Pemerintah China membantah merekrut seorang warga Singapura untuk menjadi mata-mata mereka, dan mengatakan hal itu hanya upaya Amerika Serikat untuk menekan dan memojokkan Negeri Tirai Bambu. “Saya tidak mengetahui persis kejadian sebenarnya, tetapi yang ingin saya katakan adalah lembaga penegak hukum Amerika Serikat baru-baru ini terus menuduh China melakukan penyusupan dan memata-matai, dengan tujuan untuk […]

Pemerintah China membantah merekrut seorang warga Singapura untuk menjadi mata-mata mereka, dan mengatakan hal itu hanya upaya Amerika Serikat untuk menekan dan memojokkan Negeri Tirai Bambu.
“Saya tidak mengetahui persis kejadian sebenarnya, tetapi yang ingin saya katakan adalah lembaga penegak hukum Amerika Serikat baru-baru ini terus menuduh China melakukan penyusupan dan memata-matai, dengan tujuan untuk menekan dan memojokkan China,” juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam jumpa pers di Beijing, seperti dikutip dari Associated Press, Selasa (28/7/2020).
Wang justru menuduh AS selama ini melakukan kegiatan mata-mata dan mencuri informasi yang menyebabkan para sekutunya sengsara.
“Tuduhan itu didukung oleh sejumlah bukti. Kami mendesak AS untuk berhenti melakukan trik maling teriak maling, dan berhenti menggunakan isu mata-mata untuk mencemarkan dan memfitnah China,” ujar Wang.
Seorang lelaki Singapura bernama Jun Wei Yeo alias Dickson Yeo ditangkap aparat lembaga penegak hukum China. Dia mengaku telah bekerja untuk intelijen China selama kurang lebih lima tahun.
“Yeo bekerja untuk intelijen Tiongkok selama empat atau lima tahun, merekrut orang Amerika untuk mengakses informasi sensitif melalui internet dan menugaskan mereka untuk menulis laporan, yang kemudian ia sampaikan ke Beijing,” kata Asisten Jaksa Agung Amerika Serikat, John Demers, dikutip dari CNN pada 25 Juli lalu.
Demers mengatakan, Yeo menggunakan perusahaan jasa konsultan palsu untuk memikat AS. Warga AS yang tertarik dengan jasa perusahaan Yeo akan dimintai resume, dan Yeo akan mengirimkan data tersebut pada China.
Menurut Demers, Yeo direkrut oleh intelijen China sekitar 2015, saat ia masih kuliah di Universitas Nasional Singapura untuk mendapatkan gelar doktor. Dia lantas ditawari uang oleh pemerintah China sebagai ganti laporan politik dan informasi.
Yeo kemudian diminta untuk menandatangani kontrak dengan militer China, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Yeo tidak meneken kontrak, tapi terus bekerja dengan agen intelijen China.
Tugasnya yaitu mendapatkan “informasi non-publik” dari AS, seperti mendapat informasi kecerdasan buatan dan perang dagang AS-China yang sedang berlangsung.
Demers tidak merinci bagaimana proses penangkapan Yeo, namun Yeo akan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara pada Oktober mendatang.
Secara terpisah, seorang ilmuwan yang dicurigai oleh AS memiliki hubungan dengan militer China dituduh bersembunyi di Konsulat China di San Fransisco. Jaksa Penutut AS mengira tindakan tersebut merupakan bagian dari program China mengirim ilmuwan militernya diam-diam ke AS.
-
JABODETABEK14/03/2025
Cepat Tanggap! Polisi Amankan Duo Jambret yang Bikin Resah Warga Bogor
-
RAGAM14/03/2025
Film “The Brutalist” Sukses Raup 45 Juta Dolar AS di Box Office
-
MULTIMEDIA14/03/2025
FOTO: Kapolri Pimpin Sertijab Pejabat Polri, Tunjuk Irjen Herry Heryawan Jadi Kapolda Riau
-
EKBIS14/03/2025
Mentan Masih Temukan Kecurangan Takaran Minyakita oleh 7 Perusahaan di Surabaya
-
NASIONAL14/03/2025
KPK Telusuri Jejak Korupsi Bank BJB: Ridwan Kamil Bakal Diperiksa
-
MULTIMEDIA13/03/2025
FOTO:Â Hakim Tolak Keberatan Tom Lembong dalam Kasus Korupsi Importasi Gula
-
NASIONAL14/03/2025
Ahok ‘Kaget’: Kejagung Punya Data Lebih Banyak Soal Korupsi Pertamina
-
EKBIS14/03/2025
Serapan Gabah Bulog Tertinggi Selama 5 Tahun dan Siap Hadapi Panen Raya 2025