Connect with us

Berita

Masjid Angke Sejarah Perkembangan Islam di Batavia

AKTUALITAS.ID – Masjid Al-Anwar atau Masjid Angke termasuk salah satu masjid berusia tua di Jakarta. Masjid yang dibangun tahun 1761 ini memiliki ukuran 15 x 15 meter. Meski terbilang kecil dibanding ukuran masjid modern saat ini, namun tempat ibadah ini memiliki keunikan tersendiri. Salah satunya adalah perpaduan gaya arsitektur Belanda, China, Bali dan Jawa dalam […]

Published

on

AKTUALITAS.ID – Masjid Al-Anwar atau Masjid Angke termasuk salah satu masjid berusia tua di Jakarta. Masjid yang dibangun tahun 1761 ini memiliki ukuran 15 x 15 meter. Meski terbilang kecil dibanding ukuran masjid modern saat ini, namun tempat ibadah ini memiliki keunikan tersendiri. Salah satunya adalah perpaduan gaya arsitektur Belanda, China, Bali dan Jawa dalam interior maupun eksteriornya

Meski terbilang kecil dibanding ukuran masjid modern saat ini, namun tempat ibadah ini memiliki keunikan tersendiri.

Masjid Angke atau Masjid Jami Al-Anwar merupakan salah satu masjid tua di Jakarta. Lokasinya di Jalan Pangeran Tubagus Angke (dulu Bacherachtsgracht) RT 01/RW 05, Kampung Rawa Bebek, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Menurut sejarawan Belanda Dr. F. Dehaan lewat bukunya “Oud Batavia” (dalam Zein, 1999:142-143), Masjid Angke didirikan pada hari Kamis 25 Sya’ban 1174 atau 2 April 1761. Pendirinya adalah perempuan keturunan China yang kaya dari suku Tarta. Ia bersuamikan pria asal Banten.

Abdul Baqir Zein dalam Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia (1999) mengatakan, Masjid Angke berdiri di atas tanah seluas 400 meter (m) dengan bangunan seluar 15 m x 15 m. Meski terbilang kecil, tapi arsitekturnya unik dengan memadukan gaya bangunan Belanda, Banten Kuno, dan China.

Meski sudah berusia ratusan tahun, namun pemugaran masjid ini masih mempertahankan ciri aslinya. Lantai masjid juga masih menggunakan tegel dengan ukuran 40 x 40 sentimeter.

Di bagian belakang masjid, terdapat beberapa makam. Salah satunya makam Syekh Syarif Hamid al-Qadri yang berasal dari Kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat. Syekh Syarif, tulis Zein, dibuang ke Batavia oleh Belanda pada 1800-an karena melakukan pemberontakan.

Di masjid ini juga ditemukan batu nisan dari makam Islam. Namun uniknya, batu nisan ini ditulis menggunakan akasara China. Untuk mencegah agar tidak hilang,kini batu nisan tersebut sudah dipindah ke museum.

Pada makam tertulis Pangeran Hamid meninggal di usia 64 tahun pada tahun 1854. Pada tahun 1800-an dia dibuang ke Batavia oleh Belanda karena memberontak.

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending