Berita
Australia Kecam China soal Unggah Foto Tentara Pegang Pisau di Leher
Perdana Menteri Australia Scott Morrison marah dan mengecam cuitan juru bicara kementerian luar negeri China Lijian Zhao. Gambar yang diunggah Lijian menunjukkan pria berpakaian tentara Australia memegang pisau berdarah ke tenggorokan seorang anak Afghanistan. Morrison menyebut cuitan Lijian sebagai bentuk penghinaan menjijikan, keterlaluan, dan mengerikan terhadap angkatan bersenjata Australia. Ia menuntut Beijing menyatakan permintaan maaf […]
Perdana Menteri Australia Scott Morrison marah dan mengecam cuitan juru bicara kementerian luar negeri China Lijian Zhao. Gambar yang diunggah Lijian menunjukkan pria berpakaian tentara Australia memegang pisau berdarah ke tenggorokan seorang anak Afghanistan.
Morrison menyebut cuitan Lijian sebagai bentuk penghinaan menjijikan, keterlaluan, dan mengerikan terhadap angkatan bersenjata Australia. Ia menuntut Beijing menyatakan permintaan maaf secara resmi atas unggahan tersebut.
“Ini benar-benar keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan atas dasar apapun. Pemerintah China seharusnya benar-benar malu dengan unggahan ini,” kata Morrison tentang cuitan yang telah memicu lebih dari 2.300 interaksi dalam waktu tiga jam.
“Itu [gambar yang diunggah] mengurangi nilai mereka di mata dunia.”
Mengutip AFP, Morrison juga menuntut Twitter untuk menghapus gambar yang diunggah Lijian.
Dalam cuitannya, Lijian mengunggah gambar seorang pria berpakaian tentara Australai memegang pisau yang diarahkan ke tenggorokan seorang anak Afghanistan yang membawa seekor anak kambing.
“Dikejutkan dengan pembunuhan warga sipil dan tahanan Afghanistan oleh tentara Australia. Kami sangat mengutuk tindakan seperti itu, dan menyerukan agar mereka bertanggung jawab,” tulis Lijian dalam keterangan gambar yang diunggahnya.
Militer Australia sebelumnya mengakui dan memecat 13 pasukan elite yang melakukan kejahatan perang dengan membunuh 39 warga sipil selama perang di Afghanistan.
Militer akan membawa para pelaku bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan ke meja hijau. Sekitar 19 eks pasukan elite Australia itu dirujuk ke Kepolisian Federal Australia dan pemberian kompensasi kepada keluarga korban.
Laporan serangan brutal tersebut termasuk kematian seorang bocah berusia enam tahun dalam sebuah penggerebekan rumah yang dilakukan tentara Australia, hingga seorang tahanan yang ditembak mati demi menghemat ruang di dalam helikopter.
Berdasarkan hasil penyelidikan selama bertahun-tahun, militer Australia menyatakan bahwa pasukan khusus elite Australia “secara ilegal” membunuh 39 warga sipil dan tahanan di Afghanistan yang dilakukan antara 2005-2016.
Laporan setebal 465 halaman mengungkapkan tentara junior yang dituduh melakukan ‘blooding’ mengaku diminta melancarkan serangan terhadap warga sipil.
Ketegangan antara Australia dan China hingga kini terus terjadi, termasuk pemberlakuan sanksi ekonomi terhadap barang-barang dan outlet berita yang dikendalikan negara telah berulang kali menyerang Negeri Kanguru.
-
RIAU05/12/2025 17:00 WIBPolda Riau Kirim Bantuan Gelombang Keempat untuk Penanganan Bencana di Sumatera, 3.459 Alat Kerja dikirim ke Aceh dan Sumbar
-
EKBIS06/12/2025 09:30 WIBDaftar Harga Emas Antam 6 Desember 2025 per Gram dan Pecahan Lengkap
-
JABODETABEK06/12/2025 05:30 WIBCuaca Jakarta Akhir Pekan: Hujan Merata di Selatan hingga Utara
-
NUSANTARA05/12/2025 23:00 WIBMobil Travel Terguling di Bali, 13 Wisatawan China Terluka
-
NASIONAL05/12/2025 19:00 WIBDarurat Narkoba, DPR Minta Pemerintah Tak Ragu Eksekusi Bandar
-
OASE06/12/2025 05:00 WIBMakna Surat An-Najm dan Hubungannya dengan Peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW
-
OLAHRAGA05/12/2025 21:00 WIBSambut Piala Dunia 2026! Tiga Kepala Negara Hadir di Acara Drawing
-
JABODETABEK05/12/2025 22:02 WIBBanjir Rob Masih Genangi Pluit, Aktivitas Warga Terganggu

















