Berita
Meski Gagal Tangani Covid, PM India Masih Dianggap Superman
Perdana Menteri Narendra Modi masih dianggap sebagian besar pendukung loyalnya sebagai pahlawan. Padahal, ia dinilai gagal mencegah gelombang dua pandemi virus corona yang meluluhlantakkan India. Modi, yang telah memerintah India sejak 2014, tetap sangat populer meski upayanya dalam memulihkan India dari krisis kesehatan dan ekonomi akibat virus corona mengalami kemunduran. “Pemimpin seperti Modi muncul sekali […]

Perdana Menteri Narendra Modi masih dianggap sebagian besar pendukung loyalnya sebagai pahlawan. Padahal, ia dinilai gagal mencegah gelombang dua pandemi virus corona yang meluluhlantakkan India.
Modi, yang telah memerintah India sejak 2014, tetap sangat populer meski upayanya dalam memulihkan India dari krisis kesehatan dan ekonomi akibat virus corona mengalami kemunduran.
“Pemimpin seperti Modi muncul sekali dalam 2.500 tahun terakhir. Dunia tidak akan melihat pemimpin seperti Modi. Dia bukan manusia, dia manusia super, bahkan malaikat suci,” kata seorang profesor bedah umum dari Varanasi, dokter Satyendra Kumar Tiwary, seperti dikuti CNN pada Sabtu (12/6).
Pria 47 tahun itu bahkan menilai Modi layak dikenang sebagai tokoh dunia lainnya seperti Mahatma Gandhi hingga Buddha.
Tiwary tetap mendukung Modi meski ia menyadari pemerintahannya lamban menangani penyebaran virus corona hingga kembali melonjak di India beberapa waktu lalu.
Sejak Maret lalu, India masih dihantui gelombang kedua penularan virus corona yang jauh lebih ganas. Selain karena varian baru corona yang lebih cepat menular, faktor kepatuhan sebagian besar warga India terhadap protokol kesehatan yang rendah juga memicu peningkatan tajam kasus corona di Negeri Bollywood tersebut.
Akibatnya, petugas medis kewalahan menangani pasien corona baru yang terus berdatangan. Rumah sakit juga sempat kekurangan tempat tidur hingga alat pendukung pasien seperti ventilator akibat kondisi tersebut.
Modi pun dikritik karena gagal mencegah perayaan upacara adat Kumbh Mela yang akhirnya menjadi salah satu penyumbang terbesar lonjakan penularan corona di India.
Alih-alih mengimbau masyarakat patuh protokol kesehatan, Modi dan partainya Bharatiya Janatiya Party (BJP), malah menggelar kampanye tanpa menggunakan masker dan aturan menjaga jarak di sejumlah di tengah gelombang kedua corona demi mengamankan kedudukan partai dalam pemilihan ketua daerah.
Senada dengan Tiwary, salah satu pendukung Modi yang berasal dari generasi muda, Rishabh Mehta, juga tetap menganggap idolanya sebagai pemimpin yang berhasil memajukan India. Mahasiswa 24 tahun itu mengangkat nasionalisme Modi yang tinggi dan prestasinya yang berhasil meningkatkan sistem pertahanan India.
Ketika ditanya soal kasus kematian akibat corona yang melonjak terus, Mehta percaya bahwa angka tersebut telah disabotase oleh pemerintah negara bagian yang berupaya merusak citra Modi.
Mehta bahkan yakin ada kampanye yang ditujukan untuk mencemarkan nama baik pemerintahan Modi.”
Kesetiaan Mehta terhadap Modi tak tergoyahkan sedikitpun meski telah kehilangan salah satu teman dekatnya karena corona.
Mehta sendiri bahkan yang membawa temannya itu ke rumah sakit di Ibu Kota New Delhi. Ia menggambarkan saat itu penuh kekacauan di rumah sakit, di mana orang-orang berteriak, batuk, dan menangis dalam keputusasaan.
“Itu adalah momen yang sangat mengerikan bagi kita semua,” kata Mehta.
-
JABODETABEK14/03/2025
Cepat Tanggap! Polisi Amankan Duo Jambret yang Bikin Resah Warga Bogor
-
RAGAM14/03/2025
Film “The Brutalist” Sukses Raup 45 Juta Dolar AS di Box Office
-
MULTIMEDIA14/03/2025
FOTO: Kapolri Pimpin Sertijab Pejabat Polri, Tunjuk Irjen Herry Heryawan Jadi Kapolda Riau
-
EKBIS14/03/2025
Mentan Masih Temukan Kecurangan Takaran Minyakita oleh 7 Perusahaan di Surabaya
-
NASIONAL14/03/2025
KPK Telusuri Jejak Korupsi Bank BJB: Ridwan Kamil Bakal Diperiksa
-
NASIONAL14/03/2025
Ahok ‘Kaget’: Kejagung Punya Data Lebih Banyak Soal Korupsi Pertamina
-
EKBIS14/03/2025
Serapan Gabah Bulog Tertinggi Selama 5 Tahun dan Siap Hadapi Panen Raya 2025
-
JABODETABEK14/03/2025
Jakarta Bebas Banjir? Normalisasi Ciliwung Targetkan Pengurangan Risiko Banjir 40 Persen