Connect with us

EKBIS

Rupiah Menguat ke Rp16.221 per Dolar AS, Didukung Sentimen Global yang Stabil

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan pagi ini Kamis (10/7/2025). Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.06 WIB, rupiah terapresiasi sebesar 36,5 poin atau 0,22%, ke posisi Rp16.221 per dolar AS, dari penutupan sebelumnya di level Rp16.257.

Penguatan rupiah ini terjadi seiring dengan meredanya tekanan global pasca pengumuman gelombang tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump. Pasar keuangan global terlihat lebih tenang, mendorong meningkatnya minat terhadap aset berisiko, termasuk mata uang emerging market seperti rupiah.

Di saat bersamaan, indeks dolar AS juga melemah tipis, turun 0,22 poin menjadi 97,33, mencerminkan penurunan daya tarik greenback terhadap sejumlah mata uang utama.

Sebelumnya, pada perdagangan Rabu (9/7/2025), rupiah sempat tertekan dan ditutup melemah 52 poin (0,32%) di level Rp16.257 per dolar AS.

Mengutip Reuters, pelemahan dolar AS pada Kamis ini turut didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, menyusul hasil lelang surat utang bertenor 10 tahun yang menarik minat tinggi dari investor. Ini menambah tekanan terhadap dolar yang mulai menjauh dari posisi tertinggi dua pekan terakhir.

Sementara itu, sentimen risiko di pasar meningkat setelah investor mulai meredam kekhawatiran terhadap skenario tarif paling ekstrem. Hal ini tercermin dari penguatan pasar saham, termasuk saham raksasa teknologi Nvidia yang melesat hingga menembus valuasi US$ 4 triliun, serta lonjakan harga Bitcoin yang kini mendekati US$ 112 ribu, mencetak rekor baru.

Dari sisi kebijakan moneter, risalah terbaru dari pertemuan The Federal Reserve menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat bank sentral AS mendukung kemungkinan pemangkasan suku bunga pada akhir tahun 2025. Hal ini turut memberikan ruang bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk menguat.

Dengan tren global yang cenderung lebih kondusif, pelaku pasar akan tetap mencermati arah kebijakan The Fed dan dinamika geopolitik dunia, termasuk dampak lanjutan dari kebijakan proteksionisme AS. (Yoke Firmansyah/Mun)

TRENDING