Connect with us

EKBIS

Rupiah Melemah ke Rp16.273 per USD akibat Kenaikan Utang Luar Negeri

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan tren pelemahan pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (15/7/2025), di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar global akibat kebijakan tarif impor yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Uni Eropa dan Meksiko.

Data dari Bloomberg menunjukkan, hingga pukul 09.15 WIB, rupiah berada di level Rp16.273,5 per dolar AS, melemah 23,5 poin atau 0,14 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di angka Rp16.250 per dolar AS. Senada, data Yahoo Finance pada waktu yang sama mencatat rupiah berada di posisi Rp16.242 per dolar AS.

Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, memprediksi bahwa rupiah akan terus bergerak fluktuatif dan cenderung melemah sepanjang hari ini. “Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.240 per dolar AS hingga Rp16.290 per dolar AS,” ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.

Sentimen negatif terhadap rupiah terutama dipicu oleh pengumuman terbaru Presiden Trump yang memberlakukan tarif sebesar 30 persen untuk barang-barang impor dari Meksiko dan Uni Eropa. Kebijakan ini menambah daftar panjang tarif yang telah diumumkan AS dalam beberapa waktu terakhir, termasuk tarif untuk Jepang, Korea Selatan, dan Brasil. Rencana pemberlakuan tarif ini efektif mulai 1 Agustus mendatang, memberikan waktu yang sangat terbatas bagi negara-negara terkait untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Washington.

Tak hanya soal tarif, ketegangan geopolitik juga turut membebani pergerakan rupiah. Rencana AS untuk mengirimkan sistem pertahanan rudal Patriot ke Ukraina menambah kekhawatiran pasar terkait stabilitas global.

Dari dalam negeri, laporan terbaru Bank Indonesia (BI) mengenai peningkatan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2025 turut menjadi perhatian. ULN tercatat naik USD4,05 miliar menjadi USD435,6 miliar, atau setara dengan sekitar Rp7.100,28 triliun (dengan asumsi kurs JISDOR BI Rp16.300 per USD pada akhir Mei 2025). Meskipun secara nilai dolar AS terjadi kenaikan, jika dikonversikan ke dalam rupiah, jumlah ULN justru mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2025.

Kendati demikian, BI menilai struktur ULN Indonesia masih dalam kondisi sehat, dengan didominasi oleh utang jangka panjang. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga terjaga di angka 30,6 persen.

Fokus pasar pada pekan ini juga tertuju pada data inflasi AS untuk bulan Juni yang akan dirilis hari ini. Data ini akan menjadi indikator penting untuk melihat apakah kebijakan tarif impor Trump mulai memberikan dampak pada kenaikan harga-harga di Negeri Paman Sam. Inflasi yang stagnan diperkirakan akan memberikan alasan bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga, meskipun Trump terus mendesak agar bank sentral segera menurunkannya. (Yoke Firmansyah/Mun)

TRENDING