Connect with us

Oase

Kebohongan yang Diperbolehkan dalam Islam untuk Tujuan Mulia

Published

on

Ilustrasi. Kebohongan yang Diperbolehkan dalam Islam untuk Tujuan Mulia. (ist)

AKTUALITAS.ID – Dalam ajaran Islam, kejujuran adalah salah satu nilai yang sangat dijunjung tinggi. Umat Islam dianjurkan untuk selalu berkata jujur dan menghindari segala bentuk kebohongan. Namun, terdapat kondisi-kondisi tertentu di mana Islam memberikan kelonggaran bagi umatnya untuk berbohong. Kebohongan dalam situasi ini diperbolehkan bukan tanpa alasan, melainkan untuk mencapai tujuan yang lebih baik atau menghindari kerusakan yang lebih besar. 

Berikut adalah tiga situasi di mana kebohongan diperbolehkan dalam Islam, beserta dalil-dalilnya.

1. Kebohongan dalam Perang

Perang adalah situasi di mana kehidupan manusia berada dalam ancaman besar. Dalam konteks ini, Islam memperbolehkan penggunaan taktik dan strategi yang mungkin melibatkan kebohongan untuk melindungi pasukan dan mencapai kemenangan. Kebohongan dalam perang dianggap sebagai bagian dari muslihat yang sah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  

“Perang adalah tipu daya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwa dalam kondisi perang, muslihat termasuk kebohongan diperbolehkan sebagai bagian dari strategi untuk melindungi umat dari bahaya yang lebih besar dan mencapai tujuan yang sah.

2. Kebohongan untuk Mendamaikan Orang yang Bertikai

Perselisihan antara individu atau kelompok dapat menimbulkan keretakan hubungan yang berpotensi merusak keharmonisan dalam masyarakat. Dalam upaya mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, Islam memperbolehkan kebohongan jika hal tersebut dapat memperbaiki hubungan yang rusak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  

“Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan manusia, lalu ia menebarkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa kebohongan yang bertujuan untuk mendamaikan sesama manusia bukanlah kebohongan yang tercela. Sebaliknya, tindakan ini dianggap sebagai perbuatan mulia yang dapat mencegah kerusakan lebih lanjut.

3. Kebohongan dalam Rumah Tangga untuk Keharmonisan

Dalam kehidupan rumah tangga, kebohongan kecil yang dilakukan oleh suami atau istri dengan tujuan menjaga keharmonisan atau menghindari perpecahan juga diperbolehkan. Contoh sederhana adalah ketika suami memuji masakan istrinya meskipun sebenarnya kurang sesuai dengan seleranya, atau sebaliknya. Tujuan dari kebohongan ini adalah untuk menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  

“Tidak diperbolehkan berbohong kecuali dalam tiga hal: seorang suami yang berbohong kepada istrinya untuk menyenangkannya, kebohongan dalam perang, dan kebohongan untuk mendamaikan antara manusia.”  

(HR. Tirmidzi)

Hadis ini memberikan kelonggaran bagi pasangan suami istri untuk berbohong dalam rangka menjaga hubungan yang harmonis dan mencegah konflik yang tidak perlu.

Maka, Meskipun Islam sangat menganjurkan kejujuran, terdapat situasi-situasi khusus di mana kebohongan diperbolehkan. Kebohongan dalam perang, dalam upaya mendamaikan perselisihan, dan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga merupakan contoh di mana kebohongan dapat diterima. Namun, perlu diingat bahwa kelonggaran ini harus digunakan dengan penuh tanggung jawab dan tidak boleh disalahgunakan. Islam tetap menekankan pentingnya kejujuran sebagai nilai utama dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, umat Islam diajarkan untuk senantiasa menjaga integritas dan kejujuran, sambil memahami bahwa ada situasi tertentu di mana kebohongan dapat dibenarkan demi mencapai kebaikan yang lebih besar. (NAUFAL/RAFI)

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending