Connect with us

OASE

Rahasia di Balik 17 Rakaat Salat Wajib, Begini Asal-Usulnya

Aktualitas.id -

Ilustrasi. Melaksanakan Shalat. (IST)

AKTUALITAS.ID – Salat lima waktu dengan total 17 rakaat adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya dari mana asal-usul jumlah rakaat ini? Ternyata, setiap jumlah rakaat dalam salat memiliki sejarah yang berkaitan dengan perjalanan para nabi terdahulu.

Perintah Salat: Dari 50 Waktu Menjadi 5 Waktu

Awalnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menunaikan salat sebanyak 50 kali sehari semalam. Namun, atas saran Nabi Musa AS, Rasulullah memohon keringanan kepada Allah. Proses ini berulang kali dilakukan hingga akhirnya jumlah salat dikurangi menjadi 5 waktu sehari semalam, dengan total 17 rakaat.

Meskipun hanya diwajibkan 5 kali dalam sehari, umat Islam tetap mendapatkan pahala sebanding dengan 50 waktu salat. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada umat-Nya.

Asal-Usul 17 Rakaat Salat Wajib

Menurut para ulama, jumlah rakaat dalam salat fardu berkaitan dengan peristiwa penting yang dialami para nabi terdahulu. Berikut asal-usulnya:

1. Salat Subuh (2 Rakaat) – Nabi Adam AS

Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang mengalami kegelapan setelah dikeluarkan dari surga. Dalam ketakutannya menghadapi malam, ia menunaikan salat dua rakaat saat fajar menyingsing sebagai ungkapan syukur atas kembalinya cahaya siang.

2. Salat Zuhur (4 Rakaat) – Nabi Ibrahim AS

Ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, ia melaksanakan perintah itu dengan penuh kepasrahan. Namun, Allah menggantinya dengan seekor domba dari surga. Sebagai rasa syukur, Nabi Ibrahim menunaikan salat empat rakaat pada waktu tergelincirnya matahari.

3. Salat Asar (4 Rakaat) – Nabi Yunus AS

Nabi Yunus AS mengalami empat kegelapan saat berada di dalam perut ikan: gelapnya lautan, gelapnya malam, gelapnya perut ikan, dan gelapnya kesedihan. Ketika ia diselamatkan dan keluar dari perut ikan pada waktu Asar, ia menunaikan salat empat rakaat sebagai bentuk syukur.

4. Salat Magrib (3 Rakaat) – Nabi Isa AS

Nabi Isa AS menunaikan salat tiga rakaat saat matahari terbenam, sebagai bentuk penegasan terhadap tiga hal penting: menegaskan keesaan Allah, membela kesucian ibunya, dan meneguhkan ibadah hanya kepada Allah semata.

5. Salat Isya (4 Rakaat) – Nabi Musa AS

Dalam pengasingannya, Nabi Musa AS mengalami empat kesedihan besar: kehilangan istrinya, saudaranya Nabi Harun, anak-anaknya, dan penderitaan akibat penindasan Firaun. Saat Allah membebaskannya dari kesedihan itu pada waktu Isya, ia melaksanakan salat empat rakaat sebagai wujud syukur.

Kesimpulan: Hikmah di Balik Salat 17 Rakaat

Salat lima waktu bukan sekadar kewajiban, tetapi juga warisan dari para nabi yang sarat makna. Setiap rakaatnya menjadi simbol perjuangan, kesabaran, dan syukur atas pertolongan Allah SWT. Semoga kita semakin memahami dan menghayati setiap salat yang kita lakukan.  (KAISAR/RIHADIN)

Wallahu a’lam

TRENDING