Connect with us

RAGAM

Ketupat Lebaran Ternyata Tradisi Berusia 5 Abad dengan Makna Mendalam

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Tak bisa dipungkiri, ketupat telah menjadi hidangan wajib yang selalu menghiasi meja makan masyarakat Indonesia saat Hari Raya Idulfitri. Kehadirannya seolah tak terpisahkan dari perayaan Lebaran, disantap bersama berbagai hidangan lezat seperti rendang, opor, dan gulai. Namun, tahukah Anda bahwa tradisi menyantap ketupat ini telah berakar kuat di Nusantara sejak 500 tahun lalu dan menyimpan makna filosofis yang mendalam dalam bahasa Jawa?

Sejarawan de Graff dalam karyanya “Malay Annal” mencatat pada masa Kesultanan Demak di abad ke-15, umat Muslim telah menyantap ketupat saat merayakan hari raya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ketupat telah berlangsung selama kurang lebih lima abad.

Kemunculan ketupat di Demak erat kaitannya dengan peran kesultanan tersebut sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa. Kala itu, salah satu Walisongo, Sunan Kalijaga, menjadikan ketupat sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran Islam. Ketupat yang sudah dikenal oleh masyarakat Jawa kemudian diakulturasi oleh Sunan Kalijaga untuk mempermudah penerimaan ajaran Islam.

Menurut catatan situs Historia, sebelum digunakan untuk menyebarkan Islam, ketupat berawal dari tradisi pemujaan Dewi Sri, dewi kesuburan dan pertanian. Namun, Sunan Kalijaga mengubah makna simbolis ketupat dari representasi Dewi Sri menjadi lambang ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dari sinilah, ketupat memiliki beragam makna filosofis. Kata “ketupat” sendiri berasal dari bahasa Jawa, yakni “ngaku lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Oleh karena itu, ketupat Lebaran melambangkan pengakuan kesalahan dan tradisi saling memaafkan antar sesama. Selain itu, bungkus ketupat yang terbuat dari janur (daun kelapa muda) juga memiliki makna tersendiri. Dalam bahasa Jawa, janur disebut “jatining nur” yang berarti hati nurani.

Besarnya makna dan filosofi yang terkandung dalam ketupat inilah yang dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan ajaran Islam. Beliau menggunakan ketupat untuk memeriahkan perayaan Idulfitri, dengan tradisi “Ketupat Lebaran” yang biasanya diadakan pada tanggal 8 Syawal sebagai wujud syukur kepada Tuhan.

Tradisi ketupat kemudian terus dilestarikan di era-era selanjutnya. Berbagai kesultanan besar di Indonesia juga mulai menggunakan ketupat dalam berbagai perayaan. Dari sinilah, ketupat tidak hanya menjadi kuliner khas Lebaran, tetapi juga bagian penting dari sejarah dan budaya Indonesia yang kaya akan makna. (Mun/Yan Kusuma)

TRENDING