Berita
Langgar Embargo Iran, AS Sanksi Perusahaan China-UEA
Amerika Serikat memberlakukan sanksi kepada 11 perusahaan Iran, China, dan Uni Emirat Arab (UEA) atas tuduhan membantu melewati embargo AS atas ekspor minyak Iran. “Iran harus berhenti mengeksploitasi sumber daya alamnya untuk mendanai teror dan kehancuran di seluruh kawasan,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memperingatkan dalam sebuah cuitan di akun Twitternya, dilansir dari […]
Amerika Serikat memberlakukan sanksi kepada 11 perusahaan Iran, China, dan Uni Emirat Arab (UEA) atas tuduhan membantu melewati embargo AS atas ekspor minyak Iran.
“Iran harus berhenti mengeksploitasi sumber daya alamnya untuk mendanai teror dan kehancuran di seluruh kawasan,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memperingatkan dalam sebuah cuitan di akun Twitternya, dilansir dari AFP, Kamis (9/9).
Ini bisa dikatakan sebagai sanksi terbaru yang AS berikan terhadap perusahaan asing yang berbisnis dengan Iran.
Presiden Donald Trump pada 2018 menarik diri dari perjanjian internasional yang ditandatangani dengan Iran untuk mencegah mereka memperoleh senjata nuklir.
Namun di kemudian hari, Trump menilai perjanjian ini tidak efektif dan segera menetapkan kembali dan memperketat sanksi AS terhadap Iran.
Adapun beberapa perusahaan yang diberi sanksi oleh Departemen Luar Negeri AS adalah Abadan Refining Company yang berbasis di Iran, kemudian tiga perusahaan yang berbasis di China (Zhihang Ship Management CO Ltd., New Far International Logistics LLC, Sino Energy Shipping Ltd).
Beberapa perusahaan lainnya berbasis di UEA yakni (Chemtrans Petrochemicals Trading LLC ). Tiga eksekutif dari Abadan, New Far dan Sino Energy juga menjadi sasaran.
Sementara itu, Departemen Keuangan AS telah menambahkan ke daftar hitam enam perusahaan yang juga berbasis di negara-negara tersebut karena melakukan bisnis dengan Triliance Petrochemical, sebuah perusahaan yang dijatuhi sanksi pada Januari karena keterlibatannya dalam penjualan produk petrokimia Iran.
Perusahaan yang baru masuk daftar hitam adalah Iran Zagros Petrochemical Company, Petrotech FZE dan Trio Energy DMCC yang berbasis di UEA, dan perusahaan China Jingho Technology Co. Limited, Dynapex Energy Limited dan Dinrin Limited, yang berbasis di Hong Kong.
Departemen Keuangan mengatakan dana perusahaan itu adalah sumber pendapatan utama bagi rezim Iran, dapat membantu membiayai rezim korup dan kelompok teroris di seluruh Timur Tengah dan baru-baru ini terendus juga ada di Venezuela.
-
Multimedia6 jam lalu
FOTO: Bawaslu RI Gelar Deklarasi Kampanye Pilkada Damai 2024
-
Multimedia3 jam lalu
FOTO: Simulasi Pemungutan Suara Pilkada Jakarta di Gambir
-
EkBis5 jam lalu
Gaikindo Optimistis Kenaikan PPN Tak Goyahkan Sektor Otomotif di 2025
-
Olahraga8 jam lalu
Marc Marquez dan Alex Marquez, Bidik Podium di Seri Penutup MotoGP 2024
-
Ragam11 jam lalu
Antusiasme Tinggi, SEVENTEEN Tambah Jadwal Konser di Jakarta
-
Ragam9 jam lalu
Studi: Stres Psikologis pada Ibu Hamil Tingkatkan Risiko Epilepsi pada Anak
-
Nasional24 jam lalu
TNI Bantah Perwiranya Terlibat dalam Kasus Perundungan Ivan Sugianto
-
Dunia23 jam lalu
Bitcoin Tembus 1,77 Triliun Dolar AS, Jadi Alternatif Investasi Potensial