Berita
Lawan Demonstran, Polisi Thailand Kembali Gunakan Meriam Air
Polisi Thailand kembali menggunakan meriam air untuk melawan demonstran di Bangkok pada Minggu (8/11), ketika ribuan massa berkumpul di Grand Palace. Ini adalah kedua kalinya polisi Thailand mengerahkan meriam air terhadap massa. Penggunaan pertama terjadi pada 16 Oktober dan telah memicu begitu banyak kemarahan, sampai-sampai Perdana Menteri dipaksa untuk mencabut status keadaan darurat di Bangkok […]

Polisi Thailand kembali menggunakan meriam air untuk melawan demonstran di Bangkok pada Minggu (8/11), ketika ribuan massa berkumpul di Grand Palace.
Ini adalah kedua kalinya polisi Thailand mengerahkan meriam air terhadap massa. Penggunaan pertama terjadi pada 16 Oktober dan telah memicu begitu banyak kemarahan, sampai-sampai Perdana Menteri dipaksa untuk mencabut status keadaan darurat di Bangkok guna menurunkan ketegangan.
Para demonstran mengatakan mereka ingin menyerahkan surat tuntutan kepada Raja Maha Vajiralongkorn.
“Kami berkumpul untuk menyerahkan surat-surat kami kepada Raja, untuk berbicara tentang kesulitan kami dan penderitaan kami. Tiga tuntutan kami tetap sama,” kata Patsaravalee Tanakitvibulpon (25), salah satu pemimpin demonstran.
Mereka menyeret kotak surat tiruan berwarna merah terang sambil mengangkat tinggi-tinggi mock-up amplop raksasa yang ditujukan kepada Raja.
“Ketika Anda mendengar semua pujian yang menyanjung dari rakyat, Anda juga harus mendengar kritik dan saran yang tidak kenal takut. Ketika Raja benar-benar menghargai demokrasi, semua orang akan menemukan kebahagiaan. Tiga tuntutan dari rakyat adalah kompromi yang paling maksimal,” bunyi isi surat tersebut.
Dilansir Straits Times, para demonstran yang telah berunjuk rasa sejak Januari itu meminta Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha mengundurkan diri dan mereformasi monarki.
Permintaan untuk mereformasi monarki dianggap sebagai hal yang paling diperdebatkan, mengingat Raja Vajiralongkorn (68) telah mengambil kendali atas dua unit tentara dan kepemilikan pribadi atas aset Mahkota bernilai miliaran dolar sejak ia naik takhta pada 2016.
Selain itu, dia juga memiliki rumah di Jerman dan menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Saat ini, dia berada di Thailand untuk waktu yang lama.
Para demonstran ingin memangkas kekuasaannya agar sesuai dengan status Thailand sebagai negara monarki konstitusional. Mereka juga ingin Raja mengendalikan pengeluarannya, mengingat kesulitan ekonomi negara akibat pandemi Covid-19.
Aksi protes telah berlangsung selama berbulan-bulan meskipun sempat terjadi penangkapan para pemimpin demonstrasi. Menurut kelompok advokasi Pengacara HAM Thailand, setidaknya 173 orang telah ditangkap karena terlibat dalam aksi tersebut.
Sementara itu, para royalis kerajaan menanggapi demonstrasi itu dengan berkumpul sambil mengenakan pakaian kuning dan menunjukkan kesetiaan kepada Raja.
-
MULTIMEDIA14/03/2025
FOTO: Kapolri Pimpin Sertijab Pejabat Polri, Tunjuk Irjen Herry Heryawan Jadi Kapolda Riau
-
JABODETABEK14/03/2025
Cepat Tanggap! Polisi Amankan Duo Jambret yang Bikin Resah Warga Bogor
-
EKBIS14/03/2025
Mentan Masih Temukan Kecurangan Takaran Minyakita oleh 7 Perusahaan di Surabaya
-
NASIONAL14/03/2025
KPK Telusuri Jejak Korupsi Bank BJB: Ridwan Kamil Bakal Diperiksa
-
EKBIS14/03/2025
Serapan Gabah Bulog Tertinggi Selama 5 Tahun dan Siap Hadapi Panen Raya 2025
-
RAGAM14/03/2025
BCL Tersentuh Saat Isi Suara Film Animasi “Jumbo”: Pesannya Begitu Mendalam
-
JABODETABEK14/03/2025
Jakarta Bebas Banjir? Normalisasi Ciliwung Targetkan Pengurangan Risiko Banjir 40 Persen
-
RAGAM14/03/2025
Sadie Sink Gabung Marvel, Siap Beraksi di “Spider-Man 4”!