DUNIA
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Saat Netanyahu Bersumpah Lenyapkan Kelompok Pejuang di Gaza

AKTUALITAS.ID – Harapan akan adanya jeda dalam konflik berkepanjangan di Jalur Gaza kembali muncul setelah Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengumumkan tengah mempelajari proposal gencatan senjata baru dari para mediator. Langkah ini disambut di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung berbulan-bulan.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menyampaikan apresiasi terhadap upaya intensif para mediator dalam menjembatani perbedaan antara pihaknya dan Israel. Mereka menegaskan tengah melakukan konsultasi nasional secara bertanggung jawab untuk membahas proposal tersebut, dengan fokus utama pada tercapainya kesepakatan yang menjamin diakhirinya agresi, penarikan pasukan Israel, dan bantuan kemanusiaan yang mendesak bagi warga Gaza.
Sementara itu, retorika keras datang dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia menyatakan komitmennya untuk membebaskan seluruh warga Israel yang ditawan oleh Hamas dan sekaligus memberantas habis kelompok pejuang tersebut. Netanyahu menegaskan kedua tujuan ini sejalan dan tidak saling bertentangan. “Hamas tidak akan ada lagi, kami akan menghapuskannya dari akar-akarnya, dan tidak akan ada lagi Hamasistan di Gaza,” ujarnya dalam pertemuan partai.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut angkat bicara melalui platform media sosialnya, Truth Social. Ia mengklaim Israel telah menyetujui persyaratan gencatan senjata selama 60 hari di Gaza, dan proposal akhir akan segera diajukan oleh mediator Qatar dan Mesir. Trump mendesak Hamas untuk menerima kesepakatan ini, memperingatkan bahwa situasinya tidak akan membaik jika ditolak.
Departemen Luar Negeri AS di Washington juga menekankan pentingnya gencatan senjata sebagai langkah awal sebelum membahas langkah-langkah rekonstruksi Gaza dengan bantuan mitra-mitra Arab.
Laporan dari CBS mengutip sumber-sumber di Israel yang menyatakan pemerintah Netanyahu mendukung proposal gencatan senjata sementara, bukan kesepakatan permanen untuk mengakhiri perang secara keseluruhan. Senada dengan hal tersebut, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar memberikan indikasi positif terkait potensi tercapainya kesepakatan untuk pembebasan sandera dan gencatan senjata. Ia menyebut adanya dukungan kuat dari pemerintah dan masyarakat Israel untuk rencana pertukaran tawanan.
Israel Broadcasting Corporation (IBC) melaporkan tujuan utama Israel adalah mencapai penghentian permusuhan selama 60 hari, yang akan memberikan ruang untuk negosiasi lebih lanjut mengenai pengakhiran perang. Channel 14 Israel menambahkan kesepakatan akhir kemungkinan akan disertai surat jaminan dari AS yang memungkinkan Israel untuk melanjutkan serangan jika tuntutan pelucutan senjata Hamas dan pengasingan para pemimpinnya tidak terpenuhi.
Financial Times mengutip sumber AS yang mengungkapkan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer telah menyatakan kesediaan Israel untuk berkompromi terkait penarikan pasukan dari Gaza dan distribusi bantuan selama masa gencatan senjata. Sementara itu, Israel Channel 12 melaporkan optimisme di Israel didasarkan pada kesediaan untuk melakukan negosiasi komprehensif, di mana jika Hamas menyetujui pembebasan seluruh tawanan, pertempuran akan dihentikan dan tim negosiasi teknis Israel akan dikirim ke Doha atau Kairo.
Dari kubu oposisi Israel, Yair Lapid kembali menjanjikan dukungan penuh kepada Netanyahu untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan. Ia menyatakan akan memberikan dukungan mayoritas dalam Knesset untuk melawan potensi penolakan dari Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.
Di sisi lain, Haaretz melaporkan adanya upaya koordinasi antara Ben-Gvir dan Smotrich untuk menggagalkan kesepakatan pertukaran dan gencatan senjata. Langkah ini memicu kemarahan keluarga para tahanan di Gaza, yang menyebut tindakan kedua menteri tersebut sebagai memalukan. Ibu dari seorang tawanan bahkan mengirim surat kepada Netanyahu, memintanya untuk tidak tunduk pada kelompok ekstremis dan menekankan besarnya harapan masyarakat Israel agar para tawanan segera dipulangkan.
Data dari Israel menyebutkan sekitar 50 tahanan Israel masih berada di Gaza, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 10.400 warga Palestina dilaporkan ditahan di penjara-penjara Israel dengan berbagai kondisi yang memprihatinkan.
Konflik di Jalur Gaza telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan lebih dari 191.000 warga Palestina meninggal dunia dan ribuan lainnya hilang. Upaya mediasi internasional terus berlanjut di tengah harapan adanya solusi yang dapat mengakhiri tragedi kemanusiaan ini. (Mun)
-
FOTO07/07/2025 16:28 WIB
FOTO: Petugas Bersihkan Lumpur Banjir Mushala Sabili
-
DUNIA07/07/2025 13:30 WIB
Indonesia Hibahkan 10 Ribu Ton Beras ke Palestina
-
OLAHRAGA07/07/2025 14:00 WIB
Raharjati dan Desak Made Raih Emas IFSC Climbing World Cup Krakow
-
NASIONAL07/07/2025 13:00 WIB
Masuknya RI di BRICS Inisiasi Langsung Presiden Prabowo
-
RAGAM07/07/2025 21:30 WIB
Aksi Panggung Memukau, BLACKPINK Resmi Buka Tur Dunia “DEADLINE” 2025!
-
JABODETABEK08/07/2025 03:30 WIB
Tanggul di Ciputat Jebol, 150 Kepala Keluarga di Perumahan Green Hills Dievakuasi
-
RAGAM07/07/2025 17:30 WIB
Ini Daftar 10 Orang Terkaya Indonesia Juli 2025
-
EKBIS07/07/2025 15:00 WIB
100 Koperasi Desa Jadi Percontohan dan Siap Beroperasi