Connect with us

EKBIS

Dolar AS Tertekan, Rupiah Kembali Perkasa Pagi Ini

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: aktualitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah menunjukkan keperkasaannya pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (23/9/2025). Setelah sempat melemah pada penutupan kemarin, mata uang Garuda berhasil bangkit seiring dengan koreksi yang dialami oleh dolar Amerika Serikat (AS) di pasar global.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.08 WIB, rupiah di pasar spot tercatat menguat tipis sebesar 5,5 poin (0,03%) dan bergerak ke level Rp 16.605 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan indeks dolar sebesar 0,12% ke level 97,22, melanjutkan tren negatifnya dari hari sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (22/9/2025), rupiah sempat ditutup melemah 0,07% di posisi Rp 16.612,5 per dolar AS.

Investor Cermati Sinyal Arah Suku Bunga The Fed

Kekuatan rupiah pagi ini sangat dipengaruhi oleh sikap wait and see para pelaku pasar global. Perhatian investor tertuju pada serangkaian pernyataan dari pejabat Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), untuk mencari petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga ke depan.

“Komentar pejabat The Fed yang bernada agak hawkish (cenderung ketat) membuat pasar sedikit menahan diri,” kata Tony Sycamore, seorang analis pasar di IG Sydney, seperti dikutip dari Reuters.

Ketidakpastian ini membuat investor menimbang berbagai faktor, termasuk dampak kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, potensi penutupan pemerintah (shutdown) AS pada 30 September, serta data inflasi inti PCE yang akan dirilis akhir pekan ini.

Sinyal Beragam dari Pejabat The Fed

Para pejabat The Fed sendiri memberikan sinyal yang beragam, menambah kompleksitas bagi pasar dalam memprediksi langkah bank sentral selanjutnya.

Presiden The Fed St Louis, Alberto Musalem, dan Presiden The Fed Cleveland, Beth Hammack, menyuarakan perlunya kehati-hatian dalam melonggarkan kebijakan moneter.

Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, bahkan menilai tidak diperlukan lagi pemangkasan suku bunga tahun ini demi menekan inflasi kembali ke target 2%.

Sebaliknya, Gubernur baru The Fed, Stephen Miran, berpendapat bahwa The Fed perlu melakukan pemangkasan suku bunga secara agresif untuk melindungi pasar tenaga kerja.

Di tengah sinyal yang simpang siur ini, pasar kini menantikan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan pada Selasa waktu setempat untuk mendapatkan pandangan lebih jelas mengenai prospek ekonomi dan kebijakan moneter AS.

Sementara itu, di pasar komoditas, harga emas dunia justru melambung mencetak rekor baru di US$ 3.749,03 per ons, menunjukkan adanya perpindahan aset ke safe haven di tengah ketidakpastian. (Firmansyah/Mun)

TRENDING