Connect with us

NUSANTARA

BNPB: Korban Meninggal Bencana Sumatera Capai 867 Jiwa, Hampir 850 Ribu Warga Mengungsi

Aktualitas.id -

Pray Sumatera, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh sejak 24 November 2025 telah menyebabkan korban jiwa yang signifikan. Berdasarkan data terbaru, jumlah korban meninggal dunia mencapai 867 orang, meningkat 91 dari data sebelumnya yang mencatat 776 korban tewas.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Muhari, merinci sebaran korban meninggal dunia tersebut. Di Sumatera Utara, tercatat 312 orang meninggal dunia, diikuti Aceh dengan 345 korban jiwa, dan Sumatera Barat dengan 210 orang meninggal dunia, dalam keterangan tertulisanya, Jumat (5/12/2025).

Selain korban meninggal, masih ada 521 orang yang dilaporkan hilang akibat bencana ini. Sebaran korban hilang tersebut adalah 133 orang di Sumatera Utara, 174 di Aceh, dan 214 di Sumatera Barat.

Jumlah warga yang mengungsi juga signifikan, dengan total 849.193 jiwa. Rincian pengungsi adalah 51.443 jiwa di Sumatera Utara, 775.342 di Aceh, dan 22.354 di Sumatera Barat.

Bencana ini bukan hanya disebabkan oleh curah hujan ekstrem, tetapi juga oleh interaksi tiga faktor: kondisi atmosfer yang sangat aktif, kerusakan lingkungan yang menurunkan daya resap tanah, dan melemahnya kapasitas tampung wilayah. Menurut Ketua Program Studi Meteorologi ITB, Muhammad Rais Abdillah, wilayah Sumatera bagian utara sedang berada pada puncak musim hujan, yang memiliki karakteristik berbeda dengan wilayah lain di Indonesia.

Selain itu, adanya fenomena atmosfer seperti Siklon Tropis Senyar di Selat Malaka dan cold surge vortex turut memperkuat hujan ekstrem. Dari sisi geospasial, penurunan tutupan vegetasi, perubahan fungsi lahan, dan menurunnya kapasitas tampung lingkungan menjadi faktor yang memperburuk kondisi banjir di lapangan.

Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, Heri Andreas, menekankan bahwa banjir bukan hanya soal hujan, tetapi juga bagaimana air diterima, diserap, dan dikelola oleh permukaan bumi. Kawasan berhutan memiliki kemampuan infiltrasi yang tinggi, namun jika berubah menjadi permukiman atau lahan terbuka, maka kemampuan menyerap air akan hilang. (Kusuma/Mun)

TRENDING