Connect with us

OASE

Kisah di Balik Kisah: Menelusuri Lokasi Dakwah Para Nabi dalam Alquran

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Alquran mengungkap kisah agung 25 nabi dan rasul utusan Allah SWT yang menyampaikan risalah kebenaran di berbagai penjuru dunia. Sebuah telaah menarik mengungkapkan sebaran geografis dakwah para nabi tersebut, mulai dari tanah Arab yang mulia hingga bumi Syam dan Palestina yang penuh sejarah.

Kitab suci Alquran mencatat bahwa Jazirah Arab, termasuk Makkah, menjadi tempat diutusnya para nabi seperti Adam AS, Hud AS, Saleh AS, Ismail AS, Syuaib AS, hingga penutup para nabi, Muhammad SAW. Sementara itu, lembah Sungai Nil di Mesir menjadi saksi bisu perjuangan Nabi Yusuf AS, Musa AS, dan Harun AS dalam menyeru kaumnya.

Yang menarik, wilayah Syam (Suriah) dan Palestina menjadi kawasan yang paling banyak menerima utusan Allah. Di tanah yang diberkahi ini, berdakwahlah Nabi Luth AS, Ishaq AS, Ya’kub AS, Ayub AS, Zulkifli AS, Daud AS, Sulaiman AS, Ilyas AS, Ilyasa AS, Zakaria AS, Yahya AS, hingga Isa AS. Jejak-jejak perjuangan mereka masih terasa hingga kini.

Adapun Irak menjadi tempat dakwah bagi empat nabi pilihan, yaitu Idris AS, Nuh AS, Ibrahim AS, dan Yunus AS.

Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam kitabnya, Athlas Tarikh al-Anbiya wa ar-Rusul, seluruh nabi dan rasul memiliki misi yang sama: menyeru umat manusia untuk beriman kepada Allah, berbuat kebajikan, dan menjauhi segala keburukan. Mereka diutus dengan membawa bukti-bukti nyata kebenaran risalahnya, sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat al-Hadid ayat 25.

Lebih lanjut, Alquran dengan jelas menyatakan Nabi Muhammad SAW adalah khatam al-anbiya, penutup para nabi. Kabar ini tidak hanya tertulis dalam Alquran, tetapi juga dalam kitab-kitab suci sebelumnya, termasuk Injil dan Taurat.

Ayat dalam surat as-Saf ayat 6 mengisahkan perkataan Nabi Isa AS tentang kedatangan seorang rasul setelahnya yang bernama Ahmad (Muhammad SAW). Sementara itu, surat al-Ahzab ayat 40 menegaskan Muhammad SAW bukanlah ayah dari seorang pun di antara kaum laki-laki, melainkan utusan Allah dan penutup para nabi.

Para ahli bahasa menjelaskan bahwa kata “khatama” memiliki makna “al-Istitsaqu wal man’u”, yang berarti memastikan dan menolak. Dengan demikian, penyebutan Muhammad SAW sebagai “khatamannabiyyin” dalam Alquran secara tegas menyatakan bahwa beliau adalah nabi terakhir, sekaligus menolak segala klaim kenabian setelahnya. Para mufasir memberikan tiga tafsiran utama terkait hal ini, yaitu penutup kenabian, penyempurna risalah kenabian, dan nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT. (Munzir)

TRENDING