Connect with us

RAGAM

Ilmuwan China Temukan Bakteri Baik yang Bisa Kurangi Gejala Autisme

Aktualitas.id -

Ilustrasi - Orang dengan autisme (AFP)

AKTUALITAS.ID – Harapan Baru! Bakteri dalam Keju dan Yogurt Berpotensi Bantu Anak dengan Autisme

Penemuan mengejutkan datang dari para ilmuwan di China! Mereka menemukan bahwa bakteri baik yang biasa terdapat dalam produk susu fermentasi, seperti keju dan yogurt, bisa membantu meredakan gejala autisme. Penemuan ini membuka peluang besar untuk pengobatan alami yang lebih aman dan minim efek samping.

Dalam penelitian terbaru ini, para ilmuwan memberikan bakteri Lactobacillus murinus kepada tikus yang telah dimodifikasi secara genetik agar menunjukkan gejala autisme, seperti kesulitan bersosialisasi dan gangguan belajar. Hasilnya luar biasa! Setelah satu bulan, tikus-tikus tersebut menunjukkan perbaikan signifikan dalam interaksi sosial dan kemampuan belajar mereka.

Tak hanya itu, kondisi usus mereka juga membaik, menunjukkan bahwa kesehatan pencernaan memiliki kaitan erat dengan fungsi otak. Para ilmuwan pun semakin yakin bahwa keseimbangan bakteri dalam usus bisa memainkan peran penting dalam perkembangan otak, termasuk pada anak dengan autisme.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), saat ini sekitar 1 dari 36 anak di Amerika Serikat didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme (ASD). Penyebab pastinya masih menjadi misteri, tetapi beberapa penelitian mengaitkannya dengan polusi, bahan kimia dalam makanan, serta faktor lingkungan lainnya.

Selama ini, terapi autisme lebih banyak mengandalkan terapi perilaku dan terapi bicara, sementara obat-obatan hanya digunakan untuk mengatasi gejala tambahan seperti kecemasan atau gangguan tidur. Namun, penelitian ini membuka harapan baru bahwa probiotik dari makanan sehari-hari bisa menjadi alternatif alami dalam terapi autisme.

Selain memperbaiki perilaku sosial, para ilmuwan juga menemukan bahwa aktivitas otak mulai lebih seimbang setelah pemberian bakteri ini. Bahkan, kadar dopamin, zat kimia di otak yang berperan dalam motivasi, pembelajaran, dan perhatian, juga mengalami peningkatan.

Meski masih dalam tahap uji coba pada tikus, hasil ini memberikan secercah harapan bahwa konsumsi makanan fermentasi yang mengandung bakteri baik, seperti keju dan yogurt, bisa menjadi bagian dari pendekatan baru dalam terapi autisme di masa depan.

Penelitian ini semakin menegaskan pentingnya kesehatan usus dalam perkembangan otak. Siapa sangka, makanan sehari-hari yang lezat seperti yogurt dan keju bisa berpotensi membawa manfaat luar biasa bagi anak-anak dengan autisme? Mungkinkah ini awal dari revolusi baru dalam terapi autisme? Kita tunggu perkembangan selanjutnya!  (PURNOMO/RIHADIN)

Continue Reading

TRENDING