EKBIS
Rupiah Terjun ke Rp 16.400, Tertekan Dampak Memanasnya Perang Dagang AS
AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jatuh tajam pada Senin pagi (3/2/2025), terjun ke level Rp 16.400.
Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan dalam perang dagang antara AS dan sejumlah mitra dagangnya, termasuk Meksiko, Kanada, dan China, yang merespons langkah-langkah tarif baru yang diberlakukan Presiden AS, Donald Trump.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09:11 WIB, rupiah mengalami penurunan sebesar 137 poin (0,84%) ke level Rp 16.441 per dolar AS, setelah sebelumnya ditutup melemah 48 poin pada Jumat (31/1/2025) di level Rp 16.304 per dolar AS.
Penguatan dolar AS juga terlihat signifikan, dengan indeks dolar melonjak 1,33 poin (1,23%) menjadi 109,7. Imbal hasil obligasi AS 10 tahun turun 4 poin menjadi 4,52%.
Dolar AS bahkan menyebabkan mata uang Kanada dan peso Meksiko merosot tajam ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir, sementara yuan China mencatatkan rekor terlemah di pasar internasional.
Perang dagang ini semakin memanas setelah Trump memberlakukan tarif besar-besaran pada Kanada, Meksiko, dan China, yang memicu langkah balasan dari kedua negara tetangga AS.
Meksiko dan Kanada langsung merespons dengan kebijakan serupa, sementara China menyatakan akan membawa kebijakan tersebut ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Tony Sycamore, analis pasar di IG, menyebut pasar terkejut dengan respons cepat dari Kanada dan Meksiko, serta kemungkinan negara-negara lain seperti China dan Uni Eropa akan mengikuti langkah serupa. “Langkah ini dapat menyebabkan penurunan tajam dalam perdagangan global,” ujar Sycamore.
Langkah AS ini lebih cepat dari yang diperkirakan banyak pihak, dengan tarif sebesar 25% diberlakukan terhadap Kanada dan Meksiko, serta 10% terhadap China. Trump mengklaim bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba.
Meskipun dampak signifikan terhadap perekonomian global diperkirakan baru akan terasa pada paruh kedua 2025, keputusan cepat AS memicu kekhawatiran investor, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pun mulai mereda.
Kini, pasar hanya memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 41 basis poin pada 2025, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Dengan ketegangan yang terus meningkat, Kepala Strategi Makro di Saxo Bank, John Hardy, memperingatkan bahwa jika perang dagang ini berlanjut, dunia berisiko menghadapi stagflasi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang lemah namun diiringi inflasi tinggi, yang akan berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi global, harga barang, dan rantai pasokan perusahaan. (Yoke Firmansyah )
-
POLITIK23/11/2025 12:00 WIB8 Parpol Nonparlemen Bersatu Tuntut Ambang Batas Parlemen Turun Jadi 1 Persen
-
EKBIS23/11/2025 08:30 WIBPertamina Umumkan Harga BBM Terbaru untuk November 2025
-
NASIONAL23/11/2025 10:00 WIBPolemik Undangan Peter Berkowitz Berujung Desakan Gus Yahya Mundur dari PBNU
-
EKBIS23/11/2025 09:30 WIBKAI Siap Menghadapi Libur Nataru dengan 7.982 Perjalanan Kereta Api
-
NASIONAL23/11/2025 09:00 WIBKoalisi Masyarakat Sipil Desak Presiden Prabowo Batalkan KUHAP Baru
-
DUNIA23/11/2025 08:30 WIBNetanyahu Tetap Tolak Negara Palestina Meski Ditawari Normalisasi oleh Arab Saudi
-
POLITIK23/11/2025 11:00 WIBKetua Umum PBNU Gus Yahya: Saya Tidak Akan Mundur
-
RIAU23/11/2025 19:00 WIBGrup 3 Kopassus Terima Hibah Lahan 245,5 Hektare untuk Pembangunan Markas di Dumai

















