Connect with us

OASE

Masjid Assalafiyah: Peninggalan Bersejarah Pangeran Jayakarta di Jatinegara

Aktualitas.id -

Masjid Assalafiyah, Jatinegera Kaum, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Masjid Assalafiyah, yang terletak di Jatinegara, Jakarta Timur, merupakan salah satu warisan sejarah penting di ibu kota. Didirikan oleh Pangeran Jayakarta, sosok yang terkenal berjasa melawan penjajahan Belanda dan VOC, masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol perjuangan kemerdekaan. Makam Pangeran Jayakarta terletak tepat di sebelah masjid, menjadi bukti sejarah yang tak terlupakan.

Menurut Ketua DKM Masjid Jami Assalafiyah, Raden Haji Manaf soal latar belakang dan sejarah masjid ini. Awalnya, masjid ini didirikan sebagai pusat untuk mengumpulkan para jawara dan ulama dalam rangka melawan penjajahan Belanda serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah Sunda Kelapa.

Terletak di Jalan Jatinegara Kaum Nomor 49, masjid ini memiliki luas 450 m² dan lahan sekitar 7.000 m². Kawasan ini dulunya adalah hutan belantara, yang dihuni oleh keturunan keluarganya Pangeran Achmad Djakerta. Saat wilayah pemerintahan Jatinegara diresmikan, orang-orang dari Banten mulai berdatangan ke daerah ini.

Nama Jatinegara, yang berarti “negara sejati”, diambil sebagai pernyataan bahwa Jatinegara menggantikan Jayakarta yang telah hangus terbakar. Pangeran Jayakarta, bersama pengikutnya, membantu memperjuangkan kemerdekaan melawan Belanda dengan mendirikan pemerintahan baru di kawasan Jatinegara yang dikenal sebagai Jatinegara Kaum.

Masjid Jami Assalafiyah bukan hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga merupakan bagian dari kompleks makam Pangeran Jayakarta dan keluarganya. Menurut Raden Haji Manaf, hanya keturunan Pangeran Jayakarta dan raden-raden yang dimakamkan di sini. Di depan makam, terdapat batu besar yang menghormati Pangeran Jayakarta, sebagai simbol penghargaan dari mantan Panglima TNI Djoko Santoso pada tahun 2003.

Pangeran Jayakarta dikenal sebagai pahlawan yang terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Belanda di tahun 1619. Meski pasukannya mengalami kekalahan, Pangeran Jayakarta berhasil melarikan diri dan menyelamatkan diri ke Jakarta Timur, di mana ia kemudian mendirikan Masjid Assalafiyah untuk meneruskan dakwah Islam dan menjalin kekuatan melawan penjajah.

Masjid Assalafiyah telah melalui beberapa kali renovasi, dengan yang pertama dilakukan pada tahun 1700 M oleh Pangeran Sugeri, putra Sultan Fatah. Meski demikian, beberapa bagian masjid tetap dipertahankan, termasuk empat pilar kayu jati asli yang dikenal sebagai ‘Saka Guru’, yang memiliki makna mendalam dalam arsitektur Jawa.

Sebagai bangunan cagar budaya yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor 475 Tahun 1993, kelestarian Masjid Assalafiyah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah DKI Jakarta, yang berkomitmen untuk menjaga dan memperbaiki masjid serta makam Pangeran Jayakarta. Melalui pemeliharaan ini, diharapkan nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya tetap dapat diwariskan kepada generasi mendatang. (Mun/Ari Wibowo)

TRENDING