Berita
Pemimpin Tertinggi Taliban Dukung Penyelesain Konflik di Afghanistan
Pemimpin tertinggi Taliban Haibatullah Akhunzada mengatakan dia sangat mendukung penyelesain politik untuk konflik Afghanistan. Hal itu disampaikan saat Taliban tengah melancarkan serangan dan menguasai sejumlah wilayah negara tersebut. “Terlepas dari keuntungan dan kemajuan militer, Emirat Islam (Afghanistan) sangat mendukung penyelesaian politik di negeri ini. Setiap peluang pembentukan sistem Islam, perdamaian dan keamanan yang muncul dengan […]

Pemimpin tertinggi Taliban Haibatullah Akhunzada mengatakan dia sangat mendukung penyelesain politik untuk konflik Afghanistan. Hal itu disampaikan saat Taliban tengah melancarkan serangan dan menguasai sejumlah wilayah negara tersebut.
“Terlepas dari keuntungan dan kemajuan militer, Emirat Islam (Afghanistan) sangat mendukung penyelesaian politik di negeri ini. Setiap peluang pembentukan sistem Islam, perdamaian dan keamanan yang muncul dengan sendirinya akan dimanfaatkan Emirat Islam,” kata Akhunzada lewat pesan tertulis yang dirilis pada Minggu 18/7), dikutip laman Aljazirah.
Dia mengungkapkan, Taliban berkomitmen mencari solusi untuk mengakhiri perang. Namun ia mengecam partai-partai oposisi karena membuang-buang waktu. “Pesan kami tetap bahwa alih-alih mengandalkan orang asing, mari kita selesaikan masalah kita di antara kita sendiri dan selamatkan tanah air kita dari krisis yang ada,” ujarnya.
Delegasi Taliban dan Pemerintah Afghanistan kembali melanjutkan pembicaraan damai di Doha, Qatar, pada Sabtu (17/7). Proses itu sempat terhenti sebelumnya. Saat ini Taliban diyakini telah menguasai sekitar setengah dari 400 distrik di Afghanistan. Mereka pun mengontrol beberapa akses penyeberangan perbatasan penting dan mengepung beberapa ibu kota provinsi yang vital.
Keberhasilan Taliban menguasai kembali wilayah-wilayah di Afghanistan terjadi setelah Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya menarik pasukannya dari negara tersebut. Selama ini Washington merupakan sekutu utama Afghanistan dalam melawan serta memerangi Taliban.
Pada Februari tahun lalu, Taliban dan AS memang terlebih dulu menyepakati perjanjian damai. Salah satu poin kesepakatan adalah personel militer AS dan sekutu NATO-nya harus hengkang dari Afghanistan dalam 14 bulan jika Taliban memenuhi komitmennya. Itu menjadi salah satu kondisi yang hendak diciptakan Taliban sebelum memulai pembicaraan damai dengan Pemerintah Afghanistan.
Konflik Afghanistan dengan Taliban telah berlangsung selama dua dekade, yakni sejak 2001. Peperangan tersebut diperkirakan telah memakan setidaknya 47.600 korban jiwa.
-
EKBIS08/05/2025 10:30 WIB
Pagi Ini di Jakarta: Rupiah Kembali Tak Berdaya di Hadapan Dolar AS
-
FOTO08/05/2025 22:46 WIB
FOTO: Diskusi Publik Rencana Revisi RUU Pemilu
-
NASIONAL08/05/2025 16:35 WIB
Polda Metro Jaya Periksa Tiga Anggota TPUA Soal Pencemaran Nama Baik Jokowi
-
EKBIS08/05/2025 16:25 WIB
Serapan Tembus 2.000.524 Ton Setara Beras, Stok Bulog Tembus 3,6 Juta Ton
-
JABODETABEK08/05/2025 12:30 WIB
Panjat Tembok, Dua Tahanan Titipan Kabur dari PN Jakut
-
POLITIK08/05/2025 13:38 WIB
DKPP Jangan Lagi Diintervensi Kemendagri
-
NASIONAL08/05/2025 12:00 WIB
Skandal Jet Mewah KPU? Koalisi Sipil Laporkan Dugaan Korupsi Rp65 Miliar ke KPK
-
EKBIS08/05/2025 11:30 WIB
Jangan Sampai Ketinggalan! Harga Emas Antam Hari Ini Lebih Murah Rp 3.000 per Gram