Connect with us

Berita

1 Anak Tewas dan 6 Luka saat Bom dalam Bus Meledak di Filipina

Satu anak tewas dan enam orang lain terluka akibat bom yang meledak di bus umum di Filipina, Selasa (11/1). Kepolisian mengatakan ledakan terjadi saat bus ini berjalan di jalan raya dekat kota Cotabato, di pulau Mindanao. Tempat ini disebut menjadi ‘sarang’ kelompok bersenjata, mulai dari pemberontak komunis hingga ekstremis Islam. Juru bicara kepolisian di kota […]

Published

on

Satu anak tewas dan enam orang lain terluka akibat bom yang meledak di bus umum di Filipina, Selasa (11/1).

Kepolisian mengatakan ledakan terjadi saat bus ini berjalan di jalan raya dekat kota Cotabato, di pulau Mindanao. Tempat ini disebut menjadi ‘sarang’ kelompok bersenjata, mulai dari pemberontak komunis hingga ekstremis Islam.

Juru bicara kepolisian di kota Aleosan, Kepala Sersan Randy Hampac menuturkan bom berada di dalam bus bagian belakang, “dimana banyak orang duduk,” katanya.

“Ini merupakan pertama kali insiden ini terjadi di kota kami,” ujar Hampac seperti dikutip AFP.

“Memang ada insiden pengeboman menara seluler dalam beberapa tahun belakangan, tetapi insiden ini, ledakan di bus, merupakan yang pertama kali,” lanjutnya.

Meski begitu, hingga kini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini.

Akibat ledakan ini, anak laki-laki lima tahun meninggal dunia dan enam orang terluka. Di antara enam orang ini, bayi lima bulan dan anak tiga tahun turut menjadi korban.

Laporan kepolisian menuturkan salah satu korban melihat penumpang laki-laki meninggalkan “barang” di bus saat ia turun. Kemudian barang itu meledak.

Juru bicara militer regional, Letnan Kolonel John Baldomar mengatakan, masih belum ada kelompok yang mengklaim ‘serangan’ di bus tersebut.

Serangan terhadap bus, gereja Katolik, dan pasar kerap menjadi target serangan militan di Mindanao.

Padahal, Manila telah menandatangani perjanjian damai dengan kelompok pemberontak terbesar di negara itu, Front Pembebasan Islam Moro, di 2014.

Namun, ada beberapa kelompok militan Muslim yang menolak kesepakatan damai ini, termasuk militan yang mengaku berhubungan dengan ISIS.

Pemberontak komunis juga melakukan kegiatan di wilayah ini.

Pada Mei 2017, ratusan pria bersenjata asing dan lokal pro-ISIS merebut Marawi, kota Muslim terbesar di negara itu.

OASE

INFOGRAFIS

WARGANET

Trending