Connect with us

EKBIS

Harga Minyak Global Naik Signifikan Usai AS Perketat Sanksi ke Iran

Aktualitas.id -

Ilustrasi pengeboran minyak. - Bloomberg/Jeyhun Abdulla

AKTUALITAS.ID – Harga minyak mentah dunia melonjak signifikan pada perdagangan hari Kamis (17/4/2025), dilaporkan naik lebih dari 3%. Kenaikan tajam ini terutama dipicu oleh langkah Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran, memicu kembali kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan di pasar global.

Mengutip laporan dari CNBC pada Jumat (18/4/2025), harga minyak mentah Brent berjangka menguat USD 2,11 atau 3,2%, dan ditutup pada level USD 67,96 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga melesat USD 2,21 atau 3,54%, ditutup pada USD 64,68 per barel.

Lonjakan harga ini menandai pencapaian penting bagi kedua patokan harga minyak tersebut, karena mereka membukukan kenaikan mingguan pertama dalam tiga minggu terakhir. Sepanjang pekan ini, harga minyak telah terapresiasi sekitar 5%. Perdagangan pada hari Kamis sendiri merupakan penyelesaian terakhir transaksi perdagangan dalam pekan ini menjelang liburan Paskah.

Penyebab Utama Kenaikan Harga

Analis dari UBS, Giovanni Staunovo, menjelaskan bahwa sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran, ditambah dengan komentar tegas dari Departemen Keuangan AS terkait isu ini, secara langsung meningkatkan kekhawatiran mengenai ketersediaan pasokan di pasar. Hal ini pun turut menopang dan mendorong harga minyak mentah untuk naik.

Sanksi terhadap Iran, yang dikeluarkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump pada Rabu (16/4/2025), mencakup penargetan terhadap kilang minyak “teapot” yang berbasis di China. Langkah ini meningkatkan tekanan terhadap Teheran di tengah eskalasi pembicaraan mengenai program nuklir negara tersebut.

Menambah faktor pendorong kekhawatiran pasokan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Rabu (16/4/2025) juga mengumumkan bahwa mereka telah menerima rencana terbaru dari negara-negara anggota seperti Irak dan Kazakhstan, serta negara lainnya, untuk melakukan pemotongan produksi tambahan. Pemotongan ini bertujuan sebagai kompensasi atas produksi yang sebelumnya melebihi kuota yang telah ditetapkan.

Analis pasar IG, Tony Sycamore, menambahkan reli harga ini didukung oleh beberapa faktor lain, termasuk aksi short-covering (pelaku pasar yang menutup posisi jual), dolar AS yang melemah (membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain), dan tekanan AS terhadap Iran.

Namun, Sycamore juga mengingatkan adanya potensi hambatan ke depan. “Jika kita berasumsi pertumbuhan AS akan datar paling banter selama dua kuartal berikutnya dan PDB China akan melambat ke suatu tempat antara kisaran 3%-4%, itu tidak baik untuk minyak mentah,” ujarnya, mengindikasikan bahwa prospek permintaan global bisa saja meredam laju kenaikan harga minyak di masa mendatang. (Mun/Yan Kusuma)

TRENDING