Connect with us

NASIONAL

Putra Dedi Mulyadi Bantah Adanya Pembagian Makan Gratis

Aktualitas.id -

Maula Akbar dengan Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina, Foto: Ist

AKTUALITAS.ID – Kontroversi mengenai insiden kericuhan fatal yang menewaskan 3 orang di pesta rakyat pernikahan anak Gubernur Jawa Barat, Maula Akbar Mulyadi Putra, terus berlanjut. Dalam pernyataan resminya, Maula Akbar Mulyadi Putra menegaskan acara yang digelar di Kabupaten Garut itu bukanlah pesta rakyat dengan pembagian makanan gratis, melainkan sebuah “balakecrakan” UMKM.

Peristiwa yang menimbulkan 30 korban (3 tewas, 8 dirawat di RSUD Dr. Slamet) itu terjadi pada Jumat (18/7/2025) sekitar pukul 13.00 WIB. Awalnya, acara pernikahan Maula Akbar dengan Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina berjalan meriah. Namun, kericuhan terjadi saat warga antre untuk mendapatkan makanan, yang kemudian berujung pada tragedi.

Maula Akbar Mulyadi Putra mengatakan, pemberian makanan itu bukan bagian dari konsep acara. Menurutnya, pemberian tersebut hanya dilakukan secara spontan.

“Niat kami hanya ketika warga sudah mulai berkumpul siang hari menunggu kegiatan hiburan malam yang diadakan oleh orangtua. Kami berfikir daripada warga cuman menunggu berdiri dan juga makanan masih banyak, ya sudahlah kita berikan kepada semua warga yang nunggu,” jelaskan Maula Akbar dalam keterangannya, Minggu (20/7/2025).

Menurutnya, konsep acara yang direncanakan bersama istrinya adalah “balakecrakan” yang melibatkan UMKM. Acara ini dimaksudkan agar pengunjung bisa menikmati makanan UMKM yang dijual. Namun, ia mengaku kaget ketika istilah “makan gratis” muncul dan viral di media sosial.

“Konsep balakecrakan yang dimaksud agar pengunjung bisa menikmati makanan UMKM yang ada dan kejadian ini mengaku kaget munculnya istilah makan gratis. Apakah entah dari mulut siapa tercipta makan gratis dan setelah pukul 13.00 WIB buka youtube ada thumbnail-thumbnail berjudul makan gratis dan itu yang sedang saya dalami,” ujarnya.

Maula Akbar mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi untuk menyelidiki asal-usul istilah “makan gratis” yang menyebar. Ia menjelaskan pemberian makanan tersebut adalah karena memang ada banyak makanan yang tersisa dan kebetulan banyak petugas yang berjaga.

“Kebetulan yang disitu banyak petugas yang berjaga dan memang daripada makanan terbuang sia-sia, entah kemana terbuangnya ya lebih baik kita sajikan saja untuk masyarakat,” paparnya.

Sementara itu, pihak kepolisian dan pemerintah setempat terus melakukan evaluasi dan penanganan terhadap tragedi yang menimpa warga Garut tersebut. Kontroversi mengenai konsep acara dan penyebab kericuhan masih menjadi sorotan masyarakat. (Ari Wibowo/Mun)

TRENDING