Connect with us

OASE

Langgar Tinggi, Masjid Tua Saksi Bisu Perdagangan di Batavia

Aktualitas.id -

Masjid Langgar Tinggi, Foto:Ist

AKUTALITAS.ID – Kali Angke di abad ke-19 merupakan jalur perdagangan dan transportasi utama di kota Batavia. Salah satu saudagar Muslim Arab asal Yaman, Abubakar Shihab, membangun langgar berlantai dua di tepian Kali Angke pada tahun 1829 M, yang kemudian dikenal sebagai Langgar Tinggi. Langgar ini dibangun di atas tanah wakaf dari Syarifah Mas’ad Barik Ba’alwi.

Langgar Tinggi dibangun dengan luas lantai dasar 8 meter x 24 meter. Lantai atas digunakan sebagai masjid, sementara lantai bawah berfungsi sebagai penginapan pedagang dan tempat tinggal pengurus masjid. Kini, lantai bawah digunakan sebagai toko perangkat shalat.

Dahulu, perahu dan rakit dari Tangerang sering bersandar di belakang langgar sebelum masuk ke pusat kota. Kepengurusan Masjid Langgar Tinggi dilanjutkan oleh keturunan Abubakar Shihab, dan saat ini diketuai oleh Ahmad Assegaff.

Pada tahun 1833, Langgar Tinggi diperluas oleh Syekh Said Naum, seorang Kapitan Arab dan saudagar kaya dari Palembang. Ia juga mewakafkan tanah untuk pemakaman umum Muslim dan mendirikan Masjid Said Naum.

Masjid Langgar Tinggi memiliki perpaduan arsitektur Melayu, Eropa klasik, Tionghoa, dan Jawa. Unsur Melayu terlihat pada bentuk rumah panggung dan mimbar, Eropa klasik pada pilar-pilar bundar, Tionghoa pada penyangga balok kayu, dan Jawa pada denah dasar.

Tradisi Masjid Langgar Tinggi

Masjid Langgar Tinggi memiliki tradisi empat pesta tahunan: pesta khitanan anak yatim piatu, mauludan, mikrajan, dan khatamul Qur’an. Pesta-pesta ini melibatkan partisipasi warga dari berbagai etnis dan agama.

Pesta mauludan didominasi kaum pria dengan lantunan kasidah barzanji.
Pesta mikrajan diisi kaum perempuan dengan tadarusan.
Pesta khatamul Qur’an menampilkan anak-anak dengan salawatan dan tadarusan.
Selain acara ritual, warga Muslim dan non-Muslim juga berpartisipasi dalam perayaan Pekcun dan Capgomeh.

Bangunan Masjid Langgar Tinggi terdiri dari dua lantai, dengan lantai atas sebagai masjid dan lantai bawah sebagai ruang toko. Lokasinya yang strategis di tepi jalan raya menjadikannya pusat perdagangan. Di dekatnya terdapat Jembatan Kambing, yang menjadi jalur bagi kambing yang akan disembelih.

Masjid Langgar Tinggi telah menjadi saksi bisu sejarah dan budaya di Jakarta selama hampir 200 tahun. (Mun/Yan Kusuma)

TRENDING