Berita
Karena Covid-19, Produksi Migas Pertamina di Luar Negeri Turun
AKTUALITAS.ID – PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) mengaku produksi minyak dan gas (migas) dari aset di luar negeri menurun karena menyesuaikan permintaan yang merosot akibat pandemi covid-19. Direktur Utama PIEP John Anis membeberkan bahwa produksi saat ini turun dari target, yakni hampir 100 ribu barel per hari (bph) untuk minyak dan 155 juta […]

AKTUALITAS.ID – PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) mengaku produksi minyak dan gas (migas) dari aset di luar negeri menurun karena menyesuaikan permintaan yang merosot akibat pandemi covid-19.
Direktur Utama PIEP John Anis membeberkan bahwa produksi saat ini turun dari target, yakni hampir 100 ribu barel per hari (bph) untuk minyak dan 155 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas. Namun, dia tak merinci berapa target yang dimaksudnya.
“Ada production cut (pemangkasan produksi) untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan, sehingga produksi kami terpotong karena ada kuota di masing-masing negara tempat kami operasi. Dengan kondisi ini, kami menyesuaikan dengan kondisi yang ada,” jelasnya lewat virtual conference di acara Ngopi BUMN, Rabu (18/11/2020).
Lebih lanjut, dia mengatakan penurunan produksi juga dikarenakan aset atau ladang migas milik PIEP berada di kawasan negara-negara OPEC yang sedang menerapkan pemotongan produksi.
Sehingga, BUMN pun harus ikut melakukan hal sama untuk menyeimbangkan harga migas dunia, meski ia mengaku potensi eksplorasi yang ada lebih dari produksi saat ini. “Di beberapa atau hampir semua negara kami beroperasi mereka bagian dari OPEC,” jelasnya.
Tercatat, perusahaan pelat merah ini memiliki 14 aset di luar negeri yang tersebar di Algeria, Malaysia, Irak, Kanda, Prancis, Italia, Nambia, Tanzania, Gabon, Nigeria, Kolombia, Angola, Venezuela, hingga Amerika Serikat.
Menjadi salah satu BUMN yang sudah lebih dulu go global, disebutnya memiliki tantangan tersendiri, dari dipandang sebelah mata oleh negara asal Pertamina berusaha hingga kesulitan mencari pekerja profesional.
Dia bercerita soal susahnya mencari karyawan berpengalaman di Algeria, Afrika Utara, yang mau bekerja untuk PEIP. Maklum, mereka lebih suka bekerja di Timur Tengah yang menawarkan gaji lebih besar.
“Alasannya sangat sederhana, karena penghasilannya lebih baik di sana. Jadi ditawarkan gaji yang lebih tinggi di Qatar, Kuwait, dan Arab Saudi. Ini yang menyebabkan agak sulit mendapatkan karyawan lokal yang berpengalaman,” pungkasnya.
-
POLITIK10/06/2025 15:30 WIB
Sampai Hari Ini Belum Ada Rencana Reshuffle
-
OLAHRAGA10/06/2025 20:30 WIB
Jepang Hajar Timnas Indonesia 6-0 Tanpa Balas
-
NASIONAL10/06/2025 17:00 WIB
Bahlil : Izin Tambang Raja Ampat Terbit Sebelum Era Jokowi
-
NASIONAL11/06/2025 04:30 WIB
Sanksi DKPP: KPU Papua Barat Terbukti Gegabah dalam Pilkada Fakfak
-
DUNIA10/06/2025 16:30 WIB
Agresi ke Gaza, Israel Habiskan Rp1,3 Triliun per Hari
-
EKBIS10/06/2025 16:00 WIB
Kadin : Belanda Siapkan Rp4,89 T Dukung Program RI
-
NASIONAL10/06/2025 17:30 WIB
Tindak Lanjuti Dugaan Gratifikasi, KPK Sambangi Kementerian PU
-
OTOTEK10/06/2025 18:30 WIB
BRIN Kembangkan Bahan Komposit Untuk Alat Transportasi