Berita
MAF Benarkan Jaringan Internet Militer Malaysia Jadi Target Serangan Siber
Angkatan Bersenjata Malaysia (MAF) membenarkan bahwa jaringan internetnya menjadi target upaya serangan siber pada Senin (28/12). Militer Malaysia menuturkan serangan siber itu dilakukan oleh sejumlah peretas yang berupaya mencuri data informasi pemerintah. “Kami mengonfirmasi bahwa telah terjadi sebuah serangan siber terhadap jaringan data milik MAF,” kata panglima militer Malaysia, Affendi Buang, pada Selasa (29/12). Affendi […]

Angkatan Bersenjata Malaysia (MAF) membenarkan bahwa jaringan internetnya menjadi target upaya serangan siber pada Senin (28/12).
Militer Malaysia menuturkan serangan siber itu dilakukan oleh sejumlah peretas yang berupaya mencuri data informasi pemerintah.
“Kami mengonfirmasi bahwa telah terjadi sebuah serangan siber terhadap jaringan data milik MAF,” kata panglima militer Malaysia, Affendi Buang, pada Selasa (29/12).
Affendi mengatakan serangan siber pertama kali terdeteksi oleh Cyber and Electromagnetic Defence dan Cyber Defence Operation Centre MAF.
Kedua badan itu berhasil mengisolasi lalu lintas data untuk melindungi data-data penting dan melindungi jaringan yang menjadi target para peretas.
Dikutip The Straits Times, Affendi menuturkan serangan siber tersebut berhasil digagalkan.
“(Serangan siber) hanya berhasil meretas segmen tertentu yang telah ditempatkan di luar jaringan internal sejak awal,” kata Affendi.
Dia menuturkan MAF menyadari upaya serangan dunia maya selama ini yang menargetkan jaringan data Kementerian Pertahanan dan MAF.
“MAF selalu memantau dan meningkatkan keamanan siber melalui kedua lembaga tersebut yang tidak hanya memperkuat komunikasi dan pemantauan pertahanan MAF, tapi juga melindungi komunikasi pertahanan strategis negara,” kata Affendi seperti dilansir The Star.
Selain Malaysia, Amerika Serikat juga baru-baru ini menjadi target serangan siber besar-besaran.
Gedung Putih menuturkan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan menjadi target utama peretasan tersebut. Sementara itu, sekitar 18.000 organisasi terinfeksi kode berbahaya (malware) dari Maret hingga Juni 2020.
Hingga saat ini, tidak jelas apa yang diincar peretas. Tapi, para ahli mengatakan mereka bisa saja mengincar rahasia nuklir, cetak biru untuk persenjataan canggih, penelitian terkait vaksin COVID-19, dan informasi untuk dokumen tentang pemimpin utama pemerintah dan industri.
-
MULTIMEDIA14/03/2025
FOTO: Kapolri Pimpin Sertijab Pejabat Polri, Tunjuk Irjen Herry Heryawan Jadi Kapolda Riau
-
JABODETABEK14/03/2025
Cepat Tanggap! Polisi Amankan Duo Jambret yang Bikin Resah Warga Bogor
-
EKBIS14/03/2025
Serapan Gabah Bulog Tertinggi Selama 5 Tahun dan Siap Hadapi Panen Raya 2025
-
EKBIS14/03/2025
Mentan Masih Temukan Kecurangan Takaran Minyakita oleh 7 Perusahaan di Surabaya
-
RAGAM14/03/2025
BCL Tersentuh Saat Isi Suara Film Animasi “Jumbo”: Pesannya Begitu Mendalam
-
JABODETABEK14/03/2025
Jakarta Bebas Banjir? Normalisasi Ciliwung Targetkan Pengurangan Risiko Banjir 40 Persen
-
RAGAM14/03/2025
Sadie Sink Gabung Marvel, Siap Beraksi di “Spider-Man 4”!
-
NASIONAL14/03/2025
Presiden Prabowo Setujui Pembukaan Kembali Pengiriman Pekerja Migran ke Arab Saudi