Masker ‘Cendol Dawet’


Ilustrasi

Sejak adanya pandemi covid-19 (virus corona), masker menjadi salah satu ‘atribut’ yang wajib dipakai saat orang beraktivitas di luar rumah, semuanya tanpa kecuali dan harus patuh pada anjuran pemerintah (kecuali yang ndablek, merasa nyawanya dobel).

Modelnya pun macem-macem, dari yang biasa sampai yang lucu dan membuat nyengir saat melihatnya. Pokoknya komplit. Ini membuktikan orang orang  Indonesia itu kreatif menangkap peluang bisnis di tengah pandemi sekalipun, kereeen! Apa aja juga bisa jadi duit.

Nah, ngomong-ngomong soal masker, sedikit banyak memang terbukti masker itu mampu menyaring virus atau debu yang kemungkinan terhirup dalam tarikan napas kita. Jadi setidaknya bisa mengurangi risiko terpapar penyakit (semoga).

Kalau melihat fungsi utamanya masker sebagai filter, rasanya kita boleh berharap ini menjadi sebuah pertanda bahwa suara orang yang memakainya juga akan tersaring dan terdengar lebih bersih dan enak didengar kuping. Berharapnya sih seperti itu.

Tapi ternyata harapan itu seperti menggantang asap. Perhatikan saja di medsos dan tv, suara yang terdengar tetap saja ‘sember’ dan bising.

Bayangkan, di tengah-tengah kebanyakan orang-orang kelas bawah jumpalitan sampai salto cari rizki buat sekadar makan tiap hari, masih saja ada segelintir orang yang berteriak nyinyir dan berkoar-koar bising persis toa demo, yang menyoal pelengseran presiden karena tidak bisa menyelesaikan masalah pandemi ini. Padahalkan memang tidak semudah apa yang keluar dari mulut kita buat lakuinnya.

Bayangkan, mau berapa negara di dunia ini yang presidennya musti dicopot gara-gara dianggap gagal mengatasi corona? Logika sederhananya, apa iya kalau sudah ganti presiden terus coronanya juga ikut lengser?

Kencang sekali mereka teriak, seolah hanya itu satu-satunya obat paling mujarab untuk melawan virus. Eeh…, bentar-bentar, coba kita lihat dulu, siapa tahu mereka pada lupa pakai masker? Hmm, ternyata sudah. Ah, jangan-jangan maskernya nggak kuat menahan syahwat si empunya suara bising itu.

Tapi ya sudahlah, terserah lo! Mungkin ada benarnya juga mendiang Lord Didi Kempot. Daripada pusing mikirin orang ‘sakit’, mending jogetin aja, cendol… cendol… dawet… dawet…, ambyaaaarr! [Samsu/Red]

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>