Wapres Ma’ruf Amin: Banyak yang Terjebak Mental Pencitraan di Medsos


Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat memberikan pidato dalam acara peluncuran Index Kerawanan Pemilu (IKP) di Jakarta, Selasa (25/2/2020). Bawaslu meluncurkan Pilkada 2020 IKP ini untuk memetakan potensi kerawanan Pilkada Serentak 2020 yang berlangsung di 270 daerah dengan fungsi antisipasi dan pencegahan dini.AKTUALITAS.ID/Munzir

AKTUALITAS.ID – Wakil Presiden Maruf Amin mengatakan saat ini masih banyak orang terjebak dalam mental pencitraan dengan mempublikasikan perbuatan amalnya melalui berbagai media sosial.

Hal tersebut kemudian mengesampingkan niat untuk berbuat baik itu sendiri. Maruf Amin menyampaikan ini disela-sela sambutannya pada acara Haul ke-39 KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar atau dikenal dengan Mbah Hamid Pasuruan secara virtual dari Jakarta, Senin (26/10/2020).

“Saat ini banyak orang terjebak pada mentalitas syuhrah, yaitu mentalitas pencitraan diri agar dikenal luas. Amal kebaikan yang dilakukan diorientasikan agar di-cover media secara luas. Motivasinya hanya untuk membentuk citra diri, bukan berbuat kebajikan itu sendiri,” ujar dia.

Ma’ruf menyampaikan, banyaknya media publikasi saat ini, digunakan oleh sebagian orang sebagai alat ukur atas kebaikan orang lain. Padahal, tidak semua hal yang dipublikasikan berdampak positif.

“Publisitas di era digital ini seakan menjadi kata kunci untuk mengukur kebaikan seseorang. Padahal belum tentu apa yang di-publish tersebut mempunyai dampak positif yang lebih besar daripada yang tidak di-publish,” ujarnya.

Untuk itu, Maruf berharap umat Islam lebih menekuni sikap Mbah Hamid yang menerapkan ajaran khumul, dengan mengutamakan pada kegiatan kebaikan dan menutupi kebaikan tersebut supaya tidak diketahui orang lain.

“Saya sangat mengagumi Mbah Hamid yang dalam kehidupan kesehariannya sangat tawadhu, sederhana dan menjauh dari publisitas. Hal seperti itu dalam tradisi ilmu tasawuf dikenal dengan khumul, yaitu fokus pada aktifitas kebaikan dengan membungkus dan menutupinya agar tidak diketahui orang lain,” ucapnya.

Perkembangan teknologi digital harus dapat dimanfaatkan dengan benar untuk tujuan kebaikan. Alih-alih untuk memamerkan kebaikan, media sosial seharusnya digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam dengan baik, kata Maruf.

Salah satu cara memanfaatkan teknologi digital untuk kemaslahatan umat Islam ialah melalui penyebaran dakwah.

“Meskipun begitu dakwah melalui media digital sesungguhnya juga diperlukan pada era saat ini karena dakwah melalui digital jangkauannya lebih luas dan dapat dilakukan kapan dan dimana saja,” ujarnya.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>