Connect with us

Berita

Ketika Pinangan Umar bin Khattab Ditolak Putri Abu Bakar

Umar bin Khattab pernah merasakan ditolak oleh perempuan. Pinangannya ditolak oleh Ummu Kaltsum putri Abu Bakar As-Shiddiq. Penolakannya terjadi saat Umar bin Khattab menjadi khalifah. Kisah itu berdasarkan kitab al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan al-Atsari terbitan Darul Haq. Ibnu Katsir menjelaskan, Al-Madaini menyampaikan bahwa Umar pernah meminang Ummu Kaltsum putri Abu Bakar, yang masih gadis […]

Published

pada

Umar bin Khattab pernah merasakan ditolak oleh perempuan. Pinangannya ditolak oleh Ummu Kaltsum putri Abu Bakar As-Shiddiq. Penolakannya terjadi saat Umar bin Khattab menjadi khalifah.

Kisah itu berdasarkan kitab al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Abu Ihsan al-Atsari terbitan Darul Haq. Ibnu Katsir menjelaskan, Al-Madaini menyampaikan bahwa Umar pernah meminang Ummu Kaltsum putri Abu Bakar, yang masih gadis kecil dan saat itu ayahnya telah wafat.

Umar mengirimkan surat kepada ‘Aisyah ihwal pinangannya. Namun, Ummu Kaltsum berkata, “Aku tidak mau menikah dengannya”. Lalu Aisyah berkata kepada Ummu Kaltsum, “Apakah engkau menolak Amirul Mukminin?” Ummu Kaltsum menjawab, “Ya, karena hidupnya miskin”.

Dalam riwayat lain, Ummu Kaltsum menjawab, “Ya, (karena) kehidupannya (susah) dan ia juga kasar pada perempuan.” Lantas Aisyah mengirim surat kepada Amr bin Ash, sahabat Umar bin Khattab.
Amr bin Ash berusaha agar Umar tidak jadi mengurungkan keinginannya untuk menikahi putri Abu Bakar dan menyarankan agar menikahi Ummu Kaltsum putri Ali bin Abi Thalib. “Nikahilah putri Ali dan hubungkan kekerabatan engkau dengan kerabat Rasulullah SAW,” kata Amr kepada Umar.

Umar pun memikahi Ummu Kaltsum putri Ali dengan mahar 40 ribu dirham. Dari pernikahan Umar dan Ummut Kaltsum putri Ali, lahir Zaid dan Ruqayyah.

Dalam riwayat yang lain, ketika Aisyah menerima pesan dari Umar yang ingin menikahi Ummu Kaltsum putri Abu Bakar, Aisyah merasa gelisah dan dia menceritakan kepada Mu’irah bin Sya’bah soal keinginan Umar tersebut.

“Dia (Ummu Kultsum) baru saja menjalani hidupnya. Dan aku ingin bersikap lemah lembut pada anak ini. Aku khawatir dengan sikap Umar yang keras terhadapnya,” kata Aisyah kepada Mu’irah. Lalu Mu’irah menyampaikan kekhawatiran Aisyah kepada Umar sebagai utusan Aisyah.

Mu’irah berangkat ke tempat Umar, lalu berkata, “…Aku baru saja berkunjung dari Aisyah dan aku mendengar engkau meminang Ummu Kaltsum (putri Abu Bakar).” Umar pun membenarkannya.

Mu’irah pun berkata, “Bukankah engkau orang yang keras dalam bersikap terhadap keluargamu, wahai Amirul Mukminin. Dan orang yang hendak engkau pinang ini masih anak-anak dan masih belum tahu apa-apa. Bila suatu saat kau bersikap kasar padanya, tentu dia akan berteriak menangis. Itu tentu akan membuatmu khawatir.

Aisyah juga akan merasa sakit perasaannya. Mereka akan teringat Abu Bakar, lalu mereka menangis. Sehingga musibah akan terus berlangsung pada keluarga mereka, yang masanya saling berdekatan di setiap harinya.”
“Kapan kau datang dari Aisyah dan katakanlah jujur padaku!,” tanya Umar. Mu’irah menjawab, “Baru saja.”

Lalu Umar berkata, “Aku tahu mereka tidak suka padaku. Mereka menginginkan agar aku mencabut apa yang telah aku minta tadi. Dan sungguh aku memaafkan mereka,” kata Umar.

Setelah itu Mu’irah kembali kepada Aisyah dan mengabarkan apa yang disampaikan oleh Umar. Dan Umar, Amirul Mukminin, pun tidak jadi meminang Ummu Kaltsum putri Abu Bakar.

Riwayat lain menjelaskan awal mula mengapa Umar hendak meminang putri Abu Bakar. Ini berawal dari perkataan seorang lelaki Quraisy kepada Umar bin Khathab, “Maukah engkau menikahi Ummu Kaltsum binti Abu Bakar. Kau bisa menjaga kemuliaannya setelah Abu Bakar meninggal dan menggantikannya dalam keluarganya?” Umar pun menerima saran tersebut dan mengirim utusan kepada Aisyah soal pinangannya kepada Ummu Kaltsum putri Abu Bakar.

Trending



Copyright © 2024 aktualitas.id