Berita
Viral Langit Yogyakarta ‘Bolong’, BMKG: Ini Fenomena “Cone of Silence”

AKTUALITAS.ID – Beberapa waktu lalu, viral di media sosial sebuah foto citra radar cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menunjukkan langit Yogyakarta ‘bolong’ sehingga tidak mengalami hujan.
“Dewa Langit lagi sensi sama Jogja,” gurau salah satu warganet X (sebelumnya Twitter) sambil mengunggah foto citra radar cuaca Yogyakarta, dikutip Kamis (9/11/2023).
“Langit Jogja siang ini bolong panase poll (panas sekali) pakde,” ucap warganet lainnya.
Mengutip dari unggahan resmi BMKG di Instagram (@infobmkg), foto citra radar yang menunjukkan langit ‘bolong’ di Yogyakarta disebut sebagai fenomena “Cone of Silence.” Menurut BMKG, fenomena itu terjadi akibat radar yang tidak dapat mengamati cuaca secara menyeluruh karena keterbatasan kemampuan alat.
Umumnya, radar tidak melakukan pemindaian (scanning) hingga elevasi 90 derajat atau tegak lurus sehingga ada daerah yang tidak bisa diamati atau “Cone of Silence” di gambar citra radar cuaca.
Adapun, scanning radar pada biasanya dilakukan dari elevasi 0,5 hingga 19,5 derajat. Elevasi tersebut hanya mampu mendeteksi awan menengah sampai radius kurang lebih 20 km dari pusat radar. Maka dari itu, bagian dekat radar terlihat ‘bolong’ alias membentuk lingkaran.
“Dari hasil analisis BMKG, dapat dilihat bahwa pada daerah lingkaran kosong di Yogyakarta terjadi karena radar tidak mengamati sampai tegak lurus ke atas, meskipun terdapat awan menengah yang cukup tebal di atasnya,” papar BMKG, Rabu (8/11/2023).
“Hal ini sesuai dengan teori “Cone of Silence” sehingga radar hanya dapat mendeteksi awan menengah sampai pada radius kurang lebih 20 km dari pusat radar,” lanjut pemaparan BMKG.
Sebagai informasi, radar cuaca bekerja dengan melepaskan sinyal pulsa berupa gelombang elektromagnetik dari suatu frekuensi microwave ke atmosfer. Ketika sinyal pulsa mencapai target di atmosfer, sebagian sinyal pulsa akan dipantulkan kembali ke sistem penerima radar.
“Energi yang diterima oleh radar kemudian dianalisis oleh komputer untuk menentukan lokasi, intensitas hujan, dan informasi lain, seperti arah dan kecepatan angin,” jelas BMKG.
“Seluruh informasi tersebut kemudian dipetakan di komputer dalam bentuk gambar,” lanjut penjelasan tersebut. (Rafi)
-
EKBIS12/03/2025
Hadapi Krisis Pangan Global, Pemerintah Pastikan Produksi Beras Nasional Surplus
-
NASIONAL13/03/2025
Kontroversi Amplop Cokelat di Rapat Pertamina: Anggota DPR Tegaskan Itu Hanya SPPD
-
RAGAM12/03/2025
Raffi Ahmad Prihatin dengan Kondisi Wendy Cagur
-
MULTIMEDIA12/03/2025
FOTO:Â Komisi V Setujui Anggaran Tambahan Kemendes dari Hibah Luar Negeri
-
RAGAM12/03/2025
Singapura Sambut 2,49 Juta Wisatawan Indonesia pada 2024, Terbesar di Asia Tenggara
-
JABODETABEK12/03/2025
Pemprov DKI Jakarta Naikkan Jumlah Penerima KJP Plus Jadi 705.000 Siswa
-
OASE13/03/2025
Rahasia Asmaul Husna: Keistimewaan Nama-Nama Allah yang Membawa Berkah
-
EKBIS13/03/2025
Sri Mulyani Laporkan Kinerja APBN ke Presiden Prabowo