Connect with us

OASE

Pandangan Islam terhadap Perayaan Tahun Baru Masehi

Aktualitas.id -

Ilustrasi. Perayaan tahun baru (Antara)

AKTUALITAS.ID – Perayaan Tahun Baru Masehi telah menjadi tradisi universal yang dirayakan oleh banyak bangsa dan agama di seluruh dunia. Namun, bagi umat Islam, penting untuk melihat perayaan ini dari sudut pandang syariat, yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.

Dalam Islam, hari-hari besar yang ditetapkan syariat hanyalah Idul Fitri dan Idul Adha. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, di mana Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah menggantikan kedua hari raya (di masa jahiliyah) dengan yang lebih baik, yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.” (HR. Abu Dawud).

Hadits ini menunjukkan bahwa umat Islam memiliki identitas yang khas dalam merayakan hari raya. Maka, merayakan hari besar di luar yang ditetapkan syariat dikhawatirkan menyerupai tradisi kaum non-Muslim, yang dalam Islam dikenal dengan istilah tasyabbuh.

Prinsip Syariat dalam Melihat Perayaan

Dalam QS. Hud: 113, Allah memperingatkan agar umat Islam tidak terlalu condong kepada tradisi atau budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam:

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.”

Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam sabdanya:

“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud).

Dalil ini menjadi landasan penting agar umat Islam berhati-hati dalam mengikuti tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Bolehkah Merayakan Tahun Baru Masehi?

Beberapa ulama membolehkan perayaan ini jika dilakukan tanpa unsur kemaksiatan atau ritual keagamaan tertentu, seperti hanya berkumpul bersama keluarga atau melakukan refleksi diri. Namun, jika perayaan tersebut melibatkan aktivitas yang bertentangan dengan syariat, seperti pesta berlebihan, minuman keras, atau meniru tradisi keagamaan lain, maka hukumnya menjadi haram.

Mengisi Waktu dengan Hal Positif

Daripada terfokus pada perayaan yang bukan bagian dari ajaran Islam, umat Muslim dianjurkan untuk menggunakan momen ini sebagai waktu introspeksi diri, muhasabah, dan memperbaiki kualitas ibadah.

Perayaan Tahun Baru Masehi adalah kesempatan untuk merenungkan perjalanan hidup selama satu tahun terakhir. Kita dapat membuat resolusi yang lebih bermakna, seperti meningkatkan ketakwaan, memperbanyak amal, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dengan memahami ajaran syariat dan menjaga identitas keislaman, umat Muslim dapat tetap bijak menyikapi budaya global tanpa kehilangan prinsip dasar dalam agama. Wallahu a’lam bishawab. (YAN KUSUMA/RIHADIN)

TRENDING