RAGAM
Libur sekolah Waktu Tepat Bangun Aktivitas Tanpa Gawai
AKTUALITAS.ID – Masa libur sekolah seharusnya menjadi momen penting bagi anak-anak untuk mengisi waktu dengan aktivitas yang bermakna, bukan sekadar terpaku pada layar gawai.
Hal ini disampaikan oleh Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D. yang menekankan pentingnya keterlibatan aktif orangtua dalam mengatur kegiatan anak selama liburan.
“Di masa liburan, seyogyanya orang tua berdialog dengan anak-anak terkait apa saja yang akan mereka lakukan. Liburan adalah kesempatan untuk memperkuat kualitas hubungan dalam keluarga,” kata Novi ketika dikutip dar Antara, Jumat (27/6/2025).
Ia menyarankan agar orang tua menawarkan aktivitas sederhana namun bermakna, seperti memasak makanan baru bersama, menonton film, berolahraga, memancing, mendaki gunung, atau sekadar bertamasya.
Menurut dia, kegiatan ini tidak hanya mempererat ikatan emosional, tetapi juga melatih keterampilan sosial anak secara langsung.
Selain itu, Novi menyarankan agar anak diberi kesempatan mengembangkan minat dan hobi misalnya melalui kelas memanah, musik, atau olahraga.
Ia menyebut, liburan juga dapat menjadi waktu yang tepat bagi anak-anak untuk tinggal bersama keluarga besar seperti kakek, nenek, atau sepupu mereka agar mereka belajar nilai-nilai sosial yang berbeda dan melatih fleksibilitas dalam berinteraksi.
“Anak-anak juga bisa diajak melakukan kegiatan sosial. Hal ini akan memperluas wawasan dan empati mereka terhadap lingkungan,” tambahnya.
Terkait penggunaan gawai, Novi menekankan pentingnya kesepakatan bersama. Ia menyarankan batas maksimal penggunaan gawai hanya tiga jam per hari selama liburan agar anak tetap menikmati waktu bersama keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Ia memperingatkan bahwa penggunaan gawai secara berlebihan dapat menyebabkan kondisi yang disebut Brain Rot, yakni penurunan fungsi otak secara perlahan akibat paparan layar berlebihan.
Secara fisik, anak jadi kurang bergerak, rentan mengalami masalah mata seperti miopi, gangguan tulang belakang, hingga obesitas dan risiko penyakit jantung,” jelas Novi.
Secara kognitif, anak akan mengalami penurunan fokus, kreativitas, dan kemampuan problem solving, serta menjadi malas berpikir.
Tidak hanya itu, dampak penggunaan gawai berlebihan juga terasa secara emosional dan sosial, di mana anak menjadi lebih mudah cemas, mudah tersinggung, dan enggan bersosialisasi.
Sebagai solusi, Novi menyarankan agar anak diminta membuat jurnal liburan yang ditulis tangan.
Selain melatih keterampilan sensorik dan motorik, kegiatan ini membantu menumbuhkan kemampuan refleksi dan berpikir kritis.
“Momen liburan seharusnya menjadi ruang untuk mengembangkan diri dan memperkuat hubungan sosial, bukan waktu pasif yang dihabiskan di depan layar,” katanya. (Purnomo/goeh)
-
POLITIK28/10/2025 19:00 WIBKPP-DEM Gelar Diskusi Media Bahas Digitalisasi Pemilu Bareng KPU, Bawaslu dan Kemkomdigi
-
EKBIS29/10/2025 10:30 WIBKurs Rupiah Hari Ini 29 Oktober 2025 Tertekan, Dolar AS Menguat Jelang FOMC
-
FOTO29/10/2025 05:13 WIBFOTO: Aksi Peduli Biruni Foundation di Hari Sumpah Pemuda
-
OLAHRAGA28/10/2025 19:30 WIBPengamat: Kembalinya Shin Tae-yong Bukan Solusi, Justru Bisa Jadi Masalah
-
NASIONAL28/10/2025 20:01 WIBDukung Prajurit, Kemen PU Serahkan Aset Rp2,29 T ke Kemenhan
-
OLAHRAGA28/10/2025 20:30 WIBPSSI Janji Umumkan Pelatih Baru Timnas Sebelum Maret 2026
-
POLITIK29/10/2025 12:00 WIBBawaslu Minta KPU dan Pemerintah Segera Atur Penggunaan AI di Pemilu
-
FOTO29/10/2025 09:25 WIBFOTO: Suasana Diskusi KPU Bahas Tantangan Digitalisasi Pemilu

















