Keistimewaan Zaid bin Tsabit


Ilustrasi

Zaid bin Tsabit seorang anak yang cerdas dan pintar. Keyakinan terhadap risalah yang dibawa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam begitu besar meski dalam usia belia. Tak heran, Zaid kecil begitu bersemangat melihat perjuangan kaum Muslimin.

Sewaktu kecil Zaid membawa pedang yang tingginya melampaui tubuhnya. Ia ingin ikut bersama Rasulullah SAW mengikuti Perang Badar. Rasulullah gembira dan takjub melihat semangat Zaid. Namun, beliau menolak mengikutsertakan Zaid dalam perang. Usianya masih muda, itulah pertimbangan Rasulullah menolak keinginan Zaid.

Zaid tak patah semangat. Ia punya jalur lain untuk mendukung perjuangan Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah, ini anak kami Zaid bin Tsabit, dia hafal 17 surah dari Alquran. Di samping itu, dia pandai baca tulis Arab. Tulisannya indah, bacaannya lancar. Dia ingin berbakti kepada Anda dengan keterampilan yang ada padanya, dan ingin pula mendampingi Anda selalu. Jika Anda mengkhendaki silahkan dengarkan bacaannya,” kata Nuwar binti Malik, ibunda Zaid kepada Rasulullah.

Warga membaca Alquran di bantaran rel saat masa pandemi COVID-19 di Menteng Tenggulun, Jakarta.

Rasulullah pun mendengarkan Zaid membaca sebagian ayat-ayat suci Alqura. Bacaanya memang bagus, betul, dan fasih. Kalimat-kalimat dalam Alquran bagaikan berkelap-kelip di bibirnya. Bacaannya menimbulkan pengaruh dan berkesan. Rasulullah sangat gembira dengan apa yang dilihatnya. Menolehlah Rasulullah pada Zaid. “Hai Zaid, pelajari bahasa Yahudi (Ibrani). Saya sangat tidak percaya mereka, bila saya didiktekan sebagai sekretaris saya,” kata Rasulullah.

“Siap ya Rasulullah,” kata Zaid sigap.

Dipelajarilah bahasa Yahudi dengan tekun. Berkat otaknya yang cerdas, dalam waktu singkat Zaid dapat menguasai bahasa Yahudi secara fasih baik berbicara maupun tulisan.

Oleh Rasulullah, Zaid juga diperintahkan mempelajari bahsa Suryani. Zaid menguasi bahasa itu dalam waktu singkat. Sejak itu, Zaid menjadi penerjemah bahasa Yahudi dan Suryani untuk Rasulullah.

Setelah Rasulullah yakin dengan kemampuan Zaid, barulah beliau menugaskannya menulis risalah langit (Alquran). Jadilah, ia penulis wahyu. Zaid menuliskan ayat-ayat Alquran yang didiktekan langsung oleh Rasulullah secara bertahap.

Tak salah lagi, kalau pribadi Zaid cemerlang oleh Alquran. Karenanya, dia menjadi orang pertama tempat umat Islam bertanya tentang Alquran sesudah Rasulullah wafat.

slug . '" class="' . $tag->slug . '">' . $tag->name . ''; } } ?>