Berita
Virus Corona Ciptakan Kepanikan, Sri Mulyani: Tak Ada Satu Negara yang Siap
AKTUALITAS.ID – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) telah mengadakan rapat berkala pada akhir April 2020 lalu secara virtual. Rapat diikuti oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengakui kondisi stabilitas keuangan nasional terganggu akibat pandemi […]
AKTUALITAS.ID – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) telah mengadakan rapat berkala pada akhir April 2020 lalu secara virtual. Rapat diikuti oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengakui kondisi stabilitas keuangan nasional terganggu akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Untuk itu, rapat berkala KSSK difokuskan kepada assesment kondisi dan stabilitas sistem keuangan pada triwulan pertama 2020.
“Ini periode yang dirapatkan adalah Januari sampai Maret 2020,” kata dia dalam video conference di Jakarta, Senin (11/5/2020).
Dia menerangkan awalnya momentum dari perbaikan perekonomian sudah mulai terlihat diawal 2020. Akan tetapi kemudian mengalami perubahan arah sangat signifikan setelah WHO mengumumkan Covid-19 menjadi pandemi global.
Akibatnya, lebih dari 200 negara mengalami gangguan di bidang kesehatan dan ancaman kematian. Kondisi tersebut menyebabkan sampai dengan minggu kemarin tercatat 4,1 juta orang mengalami infeksi dan lebih dari 281 ribu orang meninggal dunia akibat Covid-19.
“Saat ini penyebaran masih sangat eskalatif di berbagai negara termasuk Indonesia. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian, bahkan kepanikan. Tidak ada satu negara pun yang siap dan saat ini dapat memprediksi kapan pandemi berakhir,” jelas dia.
Bendahara Negara ini menambahkan, semua negara di dalam mencegah penyebaran Covid-19 telah melakukan langkah-langkah ekstrem yakni membatasi interaksi sosial antar manusia. Pembatasan sosial, atau social distancing dilakukan dalam bentuk larangan perjalanan.
Dampaknya berakibat pada lebih dari 86 negara mengalami travel banned, penutupan perbatasan antar negara dan penutupan sekolah, kantor dan tempat ibadah.
“Ini merupakan satu tindakan ekstrem sehingga sejak maret, secara masif lebih dari beberapa negara tutup sekolah. Sebabkan aktivitas sosial ekonomi alami penurunan drastis, bahkan langsung tidak bisa aktivitas, artinya kematian beberapa aktivitas ekonomi,” kata dia.
Di mana aktivitas yang terganggu terjadi di dua sisi sekaligus. Yakni dari sisi permintaan apakah menyangkut konsumsi, investasi, hingga ekspor impor karena terjadi disrupsi rantai pasok. Dan juga adanya gangguan dari sisi pasokan yakni produksi di perdagangan, manufaktur, logistik dan lainnya.
“Dengan gangguan di sisi demand dan supply, maka ini sebabkan suatu potensi gangguan ke ekonomi dan potensi gangguan sistem keuangan,” tandas dia.
-
RIAU29/12/2025 13:00 WIBBukan Sekedar Perlombaan, Festival Sampan Layar di Bengkalis Adalah Warisan Budaya
-
NASIONAL29/12/2025 14:01 WIBKasus Dugaan Korupsi Bekasi, Pengamat: Mirip Pola Jokowi–Gibran
-
RIAU29/12/2025 17:30 WIBKapolda Riau dan Danrem Wira Bima Dorong Penyelesaian TNTN Berbasis Kolaborasi dan Pendekatan Humanis
-
NASIONAL29/12/2025 11:00 WIBKPK: Penyidikan Kasus Nikel Rp2,7 T Dihentikan Karena Bukti Tidak Cukup dan Daluwarsa
-
RAGAM29/12/2025 15:00 WIBCatat, Ini Operasi yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan
-
EKBIS29/12/2025 10:30 WIBAwal Pekan, Rupiah Menguat 0,06 Persen ke Rp16.740 per Dolar AS
-
FOTO29/12/2025 14:31 WIBFOTO: Isi Libur Nataru dengan Bermain Salju di Mall
-
POLITIK29/12/2025 13:05 WIBPDIP Soroti Penutupan Bantuan Asing untuk Korban Bencana Sumatera

















