Connect with us

EKBIS

Awal Pekan, Rupiah Menguat 0,06 Persen ke Rp16.740 per Dolar AS

Aktualitas.id -

Ilustrasi, Dok: akutalitas.id

AKTUALITAS.ID – Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pertama pekan ini, usai libur perayaan Natal. Penguatan rupiah terjadi seiring pelemahan dolar AS di pasar global.

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan pagi ini rupiah berada di level Rp16.740 per dolar AS, atau terapresiasi 0,06 persen. Sebelumnya, pada perdagangan terakhir sebelum libur panjang, Rabu (24/12/2025), rupiah ditutup menguat 0,09 persen ke posisi Rp16.750 per dolar AS.

Sejalan dengan pergerakan rupiah, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama dunia, pada pukul 09.00 WIB tercatat melemah 0,06 persen ke level 97,970.

Pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan sangat dipengaruhi oleh dinamika dolar AS di pasar global. Hingga awal pekan ini, dolar AS masih berada dalam tren pelemahan, meskipun data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat yang dirilis pekan lalu tercatat lebih kuat dari perkiraan, dengan pertumbuhan 4,3 persen secara tahunan.

Data PDB tersebut sempat membuat pasar memangkas peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan FOMC berikutnya, dari sebelumnya 20 persen menjadi 13 persen. Namun, seiring perkembangan sentimen pasar, probabilitas pemangkasan suku bunga kembali meningkat ke kisaran 18 persen, mencerminkan sikap investor yang masih berhati-hati.

Tekanan terhadap dolar AS juga dipicu oleh ekspektasi kebijakan moneter global yang bergerak berlawanan arah. Pasar memperkirakan The Fed masih akan memangkas suku bunga sekitar 50 basis poin pada 2026, sementara Bank of Japan (BoJ) justru diproyeksikan menaikkan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada periode yang sama.

Dari sisi politik, perhatian pelaku pasar turut tertuju pada rencana Presiden AS Donald Trump yang akan mengumumkan kandidat Ketua The Fed baru pada awal 2026. Sejumlah media asing menyebut Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, sebagai kandidat terkuat yang dipandang memiliki kecenderungan dovish. Ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar tersebut turut menambah tekanan pada pergerakan dolar AS.

Dalam kondisi tersebut, pelemahan dolar AS membuka peluang peralihan aliran dana ke aset berisiko di negara berkembang (emerging markets), termasuk Indonesia. Situasi ini menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah pada awal perdagangan pekan ini. (Firmansyah/Mun)

TRENDING