Connect with us

RAGAM

Film Perang Kota”, Sebuah Layar Lebar tentang Pertarungan Ideologi Pasca-Kemerdekaan

Aktualitas.id -

Pemeran utama film "Perang Kota" aktris Ariel Tatum berpose di depan poster filmnya saat gala premier di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (22/4/2025). (ANTARA)

AKTUALITAS.ID — Sutradara kenamaan Mouly Surya kembali menunjukkan taringnya lewat film terbarunya, Perang Kota. Setelah sukses dengan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, kini Mouly menghadirkan kisah penuh pergolakan ideologi, bahasa, dan gender dalam latar Jakarta pasca-kemerdekaan, dengan naskah yang ditulisnya sendiri.

Diadaptasi dari novel legendaris Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, Perang Kota bukan sekadar menampilkan perang fisik. Film ini memperlihatkan pertarungan melawan warisan kolonialisme, segregasi sosial, serta perjuangan mempertahankan Bahasa Indonesia sebagai lambang kemerdekaan.

Salah satu cuplikan film yang sempat bocor di berbagai platform memperlihatkan adegan ikonik: Baba Tan, warga keturunan Tionghoa nasionalis yang diperankan Chew Kin Wah, berucap lantang, “Belanda, pakai baju Inggris, Nederlands spreken,” saat dirinya dicurigai serdadu Belanda. Dialog ini menggambarkan ketegangan identitas bangsa yang mengakar dalam penggunaan bahasa sehari-hari.

Mouly Surya secara berani mempertahankan campuran berbagai bahasa — Belanda, Inggris, daerah, hingga Bahasa Indonesia — di dalam dialog para tokoh. Meski berpotensi membuat sebagian penonton merasa “terlempar”, keberanian ini dibantu oleh tata suara impresif karya Vincent Villa di Kamboja, serta dukungan takarir (teks terjemahan) yang memudahkan penonton mengikuti cerita.

Secara visual, Perang Kota menggunakan rasio aspek 4:3, membawa suasana klasik yang intim, seolah mengajak penonton masuk langsung ke masa lalu. Film ini juga menggunakan teknologi audio Dolby Atmos, membuat setiap ledakan, tembakan, hingga bisik-bisik konspirasi terasa nyata dan menggelegar di telinga.

Tak hanya sisi teknis yang memukau, Perang Kota juga tampil kuat lewat penggunaan properti otentik, seperti pistol Luger asal Jerman yang terkenal pada era Perang Dunia.

Dalam alur ceritanya, sosok Guru Isa — yang diperankan Chicco Jerikho — ditampilkan sebagai guru musik yang diam-diam menjadi agen penyelundup senjata untuk para pejuang kemerdekaan. Berbeda dengan karakter dalam novel yang digambarkan ragu-ragu, di tangan Mouly Surya, Guru Isa tampil lebih tegas, bahkan “macho”, ketika menghadapi persoalan rumah tangganya bersama Fatimah (Ariel Tatum).

Keputusan Mouly Surya untuk mengubah beberapa elemen cerita, seperti latar adegan bom granat yang dalam novel terjadi di bioskop Rex, bisa jadi menuai beragam reaksi dari pembaca setia. Namun, perubahan ini dilakukan untuk memperkuat logika narasi film, dengan menjadikan keahlian musik Guru Isa sebagai bagian vital dari strategi pemberontakan.

Fatimah juga ditampilkan sebagai sosok perempuan kuat, terampil bermain musik sekaligus mahir menggunakan senjata — menandakan bahwa perempuan pun punya peran dalam perjuangan, meski terkadang harus berhadapan dengan norma patriarki yang dipegang erat oleh Isa.

Secara keseluruhan, Perang Kota menjadi adaptasi film yang berani, menawarkan interpretasi kreatif atas karya sastra klasik. Didukung akting apik dari Chicco Jerikho, Ariel Tatum, dan Jerome Kurnia, film ini siap membuka ruang apresiasi baru bagi generasi muda terhadap sejarah dan budaya Indonesia.

Perang Kota dijadwalkan tayang serentak di bioskop mulai 30 April 2025, dengan klasifikasi 17+ sesuai rekomendasi Lembaga Sensor Film. (ARI WIBOWO/DIN) 

TRENDING